Selembar kain putih polos dibentangkan di lantai rumahnya. Dilihat dan diamati barang sejenak. Tatapannya tajam ke atas kain putih. Sesekali kepalanya meleng ke kiri dan ke kanan. Solah melihat gambar di atas selembar kain katun.Â
Tak lama kemudian matanya berbinar seperti memperoleh insiprasi atau ide akan kain katun putih dari jenis primisima. Tangannya mulai melipat sebagian kain, ditekan. Ditekuk , kemudian diikat kuat dengan karet atau benang. Bahkan adakalanya dengan rafia. Beberapa kali tangannya mengambil karet untuk mengganti karet gelang yang putus karena saking kerasnya dia mengikat.
Belum seluruh kain terlipat, Anto pindah ke ujung atau sisi kain yang lain. Dilipat, ditekan, diikat dan beberapa bagian ada yang dijahit dengan tangan. Setelah itu ditarik kuat-kuat.
Ikatan harus kuat
"Ikatannya harus kuat, biar saat dicelup ke dalam cairan pewarna. Ikatan tidak kendor  dan lepas. Sekaligus untuk memberikan efek pola tertentu , sehingga warna dapat menyerap ke bagian yang kita inginkan. Dan supaya tidak masuk ke bagian yang tidak kita inginkan" jelas Arief Andrianto.
Saya hanya terdiam, sambil memagang dagu melihat tangannya terus melipat dan mengikat kain putih. Saya tidak memiliki gambaran sama sekali apa yang nanti nampak di atas selembar kain putih itu. Jujur saya bingung saat itu.
Sayang, rasa penasaran saya tidak terjawab sebab saat saya berkunjung ke rumahnya. Anto belum segera membuka lembaran kain yang telah diberi pewarna. Saat itu cuaca mendung. Nampaknya Anto tidak berani mengambil risiko kain celupan pewarnanya jika dibuka dan di jemur  tidak kering.
Kerja keras melipat,mengikat dan menarik sampai Huston
Orang yang tertarik dengan karyanya tidak hanya dari sekitar Yogya tetapi ada dari Kalimantan dan Papua. Alasan mereka memakai busana atau kemeja shibori karya Anto, untuk dipamerkan kepada kerabat, kenalan dan kolega di daerahnya. Sebab karya shibori Anto memiliki kekhasan dibanding karya shibori lainnya.
Bahkan shibori hasil kerja keras Anto dengan  melipat, mengikat, menjepit, menjahit dan menarik serta sentuhan seni dalam mewarnai kain. Memikat seseorang yang tinggal di Huston, Texas, Amerika Serikat untuk memesan sejumlah shibori karyanya. Tidak tanggung-tanggung 31 lembar kain shibori atau jumputan,  dalam satu bulan mesti Anto kirim ke Huston.
Selama ini Anto mempercayakan pengiriman lewat JNE. Saya bertanya mengapa memilih JNE. Menurut Anto yang memiliki brand produk atau karya dengan nama "Dabanto". Karena saat melakukan pengiriman, dirinya dapat memantau sampai dimana barang kirimannya. Sehingga dapat memberi tahu costumernya sebagai upaya menjaga kepercayaan dan menjaga relasi.
Jika berkunjung ke Kraton atau Taman Sari Yogya dengan bus. Biasanya bus parkir di terminal khusus bus wisata Ngabean. Selanjutnya jalan kaki atau naik becak menuju ke Kraton melewati  Jl. KH. Agus Salim. Salah satu rumah di jalan tersebut,  rumah produksi Shibori karya Arief Adrianto dengan brand "Dab Anto" berada.
Anto mengaku belajar kerajinan tekstil shibori hanya coba-coba atau iseng karena ditawari ada pelatihan Shibori. Saya sempat ditunjukkan karya pertamanya. Muka Anto seolah berusaha menutupi rasa malu karena karya pertamanya  jauh dari kata sempurna.
Saat menekan, menjepit, mengikat menggunakan media bantu dengan seperti stick kayu es krim. Terkadang dengan uang logam atau kelereng. Yang merupakan pengembangan teknik mengikat shibori. Bahkan Anto memanfaatkan serutan es batu untuk membuat pola-pola yang unik.
Berani dengan mix warna
Pemberian warna pada teknik shibori selama ini cenderung menggunakan warna dasar  sehingga hasilnya terkesan monoton. Kurang memiliki daya tarik. "Tidak ngejreng. Aku gak suka yang ngedoff. Aku mencoba bermain warna sementara pengrajin lain tidak berani. Dan ketika mereka melihat hasilnya. Mereka ingin belajar teknik tersebut," ujar Anto .
"Eye catching mungkin istilahnya, dab Anto," Â saya mencoba menimpali.
Saya bingung menjelaskan ke mereka, lanjut Anto. Karena itu hanya berdasar keberanian mencoba-coba dalam teknik pemberian warna. Keluar dari warna-warna dasar yang pakem. Berani mencampur dua warna atau lebih. Hasilnya memberikan pola tersendiri dan ternyata itu lebih menarik.
Kemampuan kain meresap warna tergantung pada kekuatan lipatan dan ikatan kain. Kekuatan jepitan lipatan dan ikatan juga tergantung pada kekuatan tenaga manusia. Semakin sering mengingkat dan lama biasanya semakin lemah kekuatan ikatannya. Â
Bukan berarti apa yang dilakukan tidak mengandung risiko. Kegagalan merupakan kawan bagi orang yang berani mencoba dan berusaha meraih sukses.
Anto menceritakan saat mencoba menemukan warna-warna baru untuk shiborinya. Anto mengaku pernah megalami kegagalan. Dari 27 lembar kain shibori yang diproduksi, gagal 5 lembar. Setiap lembarnya berukuran 250 sentimeter kali 100 sentimeter.
JNE menjaga relasi Dabanto dengan customer
Kegigihan nampak dari cara bercerita awal mula mengenal shibori. Setelah mendapat pelatihan bagaimana membuat shibori, tiga bulan kemudian Anto mencoba memberanikan diri untuk memproduksi. Bulan kelima Anto malah  sudah menjadi trainer dalam beberapa acara pelatihan pembuatan shibori. Saat ini, tidak jarang dirinya menjadi tempat dan tujuan untuk diminta timbang saran oleh pengrajin shibori lainnya.
Fitur My Shipment di aplikasi MY JNE membantu Anto memantau sampai dimana barang kirimannya, jika dapat order kirim ke luar negeri. Mengingat usaha Anto merupakan gabungan antara pekerjaan seni dan bisnis kepercayaan.
Menutup obrolan siang  itu, rumahnya yang tidak jauh dari alun-alun Utara Yogya. Dab Anto berharap di tahun baru 2019, memiliki stok kain banyak, mempunyai pewarna banyak dan memiliki galery .
Sebelum pulang, saya mendapat bingkisan isinya selembar kain shibori karya dab Anto. Warnanya biru. Warna favorit saya. Cihuiiii....... Tahun baru punya baju baru. Terimakasih dab......
Â