Bahkan shibori hasil kerja keras Anto dengan  melipat, mengikat, menjepit, menjahit dan menarik serta sentuhan seni dalam mewarnai kain. Memikat seseorang yang tinggal di Huston, Texas, Amerika Serikat untuk memesan sejumlah shibori karyanya. Tidak tanggung-tanggung 31 lembar kain shibori atau jumputan,  dalam satu bulan mesti Anto kirim ke Huston.
Selama ini Anto mempercayakan pengiriman lewat JNE. Saya bertanya mengapa memilih JNE. Menurut Anto yang memiliki brand produk atau karya dengan nama "Dabanto". Karena saat melakukan pengiriman, dirinya dapat memantau sampai dimana barang kirimannya. Sehingga dapat memberi tahu costumernya sebagai upaya menjaga kepercayaan dan menjaga relasi.
Jika berkunjung ke Kraton atau Taman Sari Yogya dengan bus. Biasanya bus parkir di terminal khusus bus wisata Ngabean. Selanjutnya jalan kaki atau naik becak menuju ke Kraton melewati  Jl. KH. Agus Salim. Salah satu rumah di jalan tersebut,  rumah produksi Shibori karya Arief Adrianto dengan brand "Dab Anto" berada.
Anto mengaku belajar kerajinan tekstil shibori hanya coba-coba atau iseng karena ditawari ada pelatihan Shibori. Saya sempat ditunjukkan karya pertamanya. Muka Anto seolah berusaha menutupi rasa malu karena karya pertamanya  jauh dari kata sempurna.
Saat menekan, menjepit, mengikat menggunakan media bantu dengan seperti stick kayu es krim. Terkadang dengan uang logam atau kelereng. Yang merupakan pengembangan teknik mengikat shibori. Bahkan Anto memanfaatkan serutan es batu untuk membuat pola-pola yang unik.
Berani dengan mix warna
Pemberian warna pada teknik shibori selama ini cenderung menggunakan warna dasar  sehingga hasilnya terkesan monoton. Kurang memiliki daya tarik. "Tidak ngejreng. Aku gak suka yang ngedoff. Aku mencoba bermain warna sementara pengrajin lain tidak berani. Dan ketika mereka melihat hasilnya. Mereka ingin belajar teknik tersebut," ujar Anto .