Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mendengar dengan Hati

31 Maret 2018   14:31 Diperbarui: 31 Maret 2018   15:42 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni instalasi, kolam dan bunga (Foto:Ko In)

Hidup itu proses. Kemana dan bagaimana semua orang tidak akan mengerti  titik akhirnya.  Namun hidup itu selalu mambawa makna bagi jiwa agar menjadi pribadi yang dewasa.

Berproses itu artinya bersama menjadi bagian dalam sebuah tindakan, bekerja, berkarya, terlibat langsung untuk mengalami peristiwa yang membuahkan pengalaman secara empirik, rasional serta psikologis. Hasil bukan menjadi satu-satunya tujuan.

brosur kegiatan (foto: Ko In)
brosur kegiatan (foto: Ko In)
Pengalaman berkreasi dengan bahan kaca, kawat, tanah liat dan kayu bagi sebagian orang mungkin sesuatu yang baru. Walau setiap hari mereka menjumpai atau memakainya. Namun manakala dituntut untuk membentuk suatu benda dengan memilki nilai seni dari bahan tersebut. Orang mungkin akan mencari seribu alasan untuk mencoba mengelak dan melarikan diri dari tantangan.

Tetapi tidak demikian dengan sekitar 40 orang yang mengikuti kegiatan Gaia Art Movement  dengan tajuk Hear Art yang berlangsung 24 Maret lalu di Gaia Cosmo Hotel Yogyakarta. Kegiatan berupa  workshop,  hotel design and art tour, artist talk dan diskusi menjadi sarana mengasah rasa, dan akal budi. Kegiatan workshop  seni  diisi oleh seniman Yogyakarta yang karya instalasinya dipajang di sekitar hotel Gaia Cosmo.

Karya Apri (foto:Ko In)
Karya Apri (foto:Ko In)
Workshop berlangsung persis di samping kolam renang, sehingga peserta  dapat melihat salah satu karya seniman milik Apri Susanto yang berjejer di pinggir kolam. Peserta mendapat kesempatan untuk mempraktekkan ilmu yang dieroleh dari senimannya. Merasakan bagaimana merubah tanah liat menjadi keramik yang nampak indah , menyatu dengan lingkungan sekitar. Antara tembok dengan kolam renang sehingga semakin menghidupkan atmosfir sekitarnya.

Apa yang terlihat nampak mudah namun saat peserta diminta untuk membuat karya seni dari tanah liat dengan ukuran lebih kecil. Mereka sadar untuk membuat sebuah karya seni butuh kesabaran, keuletan, serta daya imajinasi yang tinggi.

Karya peserta (foto: Ko In)
Karya peserta (foto: Ko In)
Membuat karya seni bukan hal yang instant semudah membalik tangan, terkadang butuh waktu berhari-hari. Sebuah karya seni tidak dapat dibuat begitu saja. Cukup menyebutkan "sim sala bim", jadilah karya yang diinginkan.

Semua butuh waktu, peserta workshop yang memiliki berbagai macam latar belakang,  mengalami  bagaimanan tidak mudahnya membentuk tanah liat agar menjadi sesuatu yang menarik dan indah dilihat.

Mulut mereka terbuka lebar sambil berkata "Oooo....".  Dengan kedua mata yang juga ikut terbuka lebar saat mendapat penjelasan dari Apri  bahwa hasil karya mereka  belum dapat dikatakan selesai. Karena harus dijemur dan dibakar sehingga membutuhkan waktu beberapa hari.

Usai dijemur tanah lait yang sudah nampak kering masih harus dibakar dengan suhu di atas 300 derajat Celsius. Usai dibakar tidak dapat langsung di sempurnakan karena harus menunggu dingin. Muncul kesadaran diantara peserta workshop bahwa proses itu bagian tidak terpisahkan dari sebuah penciptaan  karya seni.

Tungku Bakar (Foto: Ko In)
Tungku Bakar (Foto: Ko In)
Peserta workshop nampak sangat antusias menikmati kegiatan yang berlangsung di tepi kolam. Mereka tidak hanya belajar berproses merubah tanah liat menjadi keramiki tetapi juga berproses membuat gantungan kunci dari kayu lapis, yang desainnya dibuat sesuai selera mereka sendiri. Dari nama diri atau bentuk yang diinginkan.  

Aktiviitas peserta (Foto: Ko In)
Aktiviitas peserta (Foto: Ko In)
Dedy Shofianto, nampak tekun mendampingi para peserta dan sesekali memberi arahan bagaimana memotong atau memperhalus bentuk kerajinan yang dibuat para peserta workshop. Mereka menerima tantangan untuk membuat desain gantungan kunci yang berbentuk gambar sesuka hati mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun