Mohon tunggu...
Afif Arifin
Afif Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kuli kata

Semua kata yang saya gunakan ada di kamus. Saya hanya bertugas menyusunnya dengan baik -- Somerset Maugham

Selanjutnya

Tutup

Financial

Stabilitas Keuangan dan Estafet Kesejahteraan

3 Agustus 2019   22:15 Diperbarui: 3 Agustus 2019   22:36 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Berikutnya, setelah berhasil dengan durasi waktu satu minggu maka kepercayaan ditambah waktunya. Dari yang asalnya satu minggu menjadi dua minggu. Hingga tahap berikutnya menggunakan sistem bulanan. Meskipun terasa berat, baik dari sisi saya sendiri maupun anak, namun untuk pendidikan keuangan dan menanamkan nilai-nilai kepercayaan cara itu harus berlanjut. Tidak langsung terasa saat ini, memang, tapi akan dirasakan 10-25 tahun ke depan sehingga nanti dia akan memiliki "sikap keuangan" selain sebagai "ahli keuangan" agar tidak menyesal kemudian. 

3. Menentukan skala prioritas

Ketika melihat anak memegang sesuatu dari hasil membeli, saya ajak dialog santai sambil lalu menanamkan nilai skala prioritas dalam membeli barang. Saya contohkan membeli buku pelajaran dan membeli alat bermain sebagai acuan konkrit. Artinya, anak bukan lantas dilarang membeli mainan tapi bagaimana prioritas yang lebih penting yang lebih didahulukan daripada keinginan yang lain. Dengan kata lain, urutan prioritas menjadi nilai yang harus ditanamkan dalam membelanjakan uang.

4. Mencatat pengeluaran

Ini yang penting. Bahkan menjadi sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap stabil tidaknya keuangan. Ketika seseorang tidak mengethaui arus keluar masuknya uang maka akan menjadi kendala dalam pengelolaan keuangannya. Kegiatan mencatat ini tidak menjadi kebiasaan karena berbagai alasan, seperti ribet, mudah lupa, tidak sempat dan lain sebagainya. 

Saya tidak mengenalkan anak pada aplikasi smartphone mengenai akuntansi keuangan meskipun banyak aplikasi semacam itu yang bisa digunakan. Saya sendiri menggunakannya. Tetapi untuk anak menggunakan cara manual dan tradisional menggunakan buku kecil. Selain untuk menghindarkannya dari penggunaan smartphone cara tersebut mengajarkannya untuk menulis tangan. Ada saat tersendiri ketika anak harus mengenal dan memegang smartphone.

5. Mengajak berinvestasi

"Don't put your eggs in one basket" (jangan meletakkan telur-telurmu dalam satu keranjang). Adagium tersebut sangat terkenal dalam dunia investasi. Ketika menanamkan uang kita tidak disarankan semua uang kita ditanamkan dalam satu macam instrumen investasi keuangan. Tujuannya menghindari risiko invetasi agar "telur-telur" itu tidak semuanya pecah ketika terjadi kerugian. Bagaimana strateginya? Menyebarkan investasi ke dalam beberapa instrumen. Karena anak belum terlalu mengenal investasi dalam skala rumit maka saya hanya mengajarkan yang sederhana seperti berikut.

5a. Membeli hewan ternak

Pertama kali saya ajak dia ke pasar hewan. Saya minta dia memilih ayam betina dan jantan untuk dipelihara. Hasil dari ternak nanti digunakan untuk keperluan dirinya, baik keperluan sekolah, jajan atau berderma. Dari sepasang ayam tersebut berkembang menjadi ternak kambing. Pemeliharanya adalah tetangga yang bersedia dengan imbalan tertentu. Kepada anak saya katakan bahwa dalam jangka 10-15 tahun ke depan dia harus mampu membeli sapi untuk kepentingan kuliah dan hidup ke depannya. 

Investasi dalam sektor riil seperti di atas mengajarkan bagaimana mengembangkan uang agar tidak tergerus inflasi. Bahkan, satu cerita menarik ketika saya minta untuk menambah jumlah kambingnya dia mengatakan bahwa belum saatnya membeli karena harga sedang tinggi dan berdekatan dengan momen Idul Adha. "Jangan, Yah. Sekarang kambing mahal. Kan mau lebaran Idul Adha." Saya sendiri kaget dari mana datangnya analisa demikian sampai-sampai dia mampu membaca kondisi pasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun