Mohon tunggu...
Km Ady Oka Permana
Km Ady Oka Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Warisan Leluhur Tri Hita Karana : Kearifan Ekologis dari Nyepi dan Subak

15 Oktober 2025   17:22 Diperbarui: 15 Oktober 2025   17:22 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya jika seluruh manusia di dunia berhenti beraktivitas selama satu hari penuh? Tak ada kendaraan, tak ada suara mesin, bahkan lampu pun padam. Di Bali, hal itu bukan sekadar imajinasi. Setiap tahun, masyarakat Hindu Bali melakukannya dengan penuh kesadaran melalui perayaan Hari Raya Nyepi.

Bagi banyak orang, Nyepi identik dengan keheningan spiritual. Namun di balik kesunyian itu, tersembunyi pesan besar tentang hubungan manusia dan alam. Selama dua puluh empat jam penuh, masyarakat Bali menjalankan Catur Brata Penyepian, empat pengendalian diri yang menjadi inti dari Hari Nyepi.

Pertama, Amati Geni, berarti tidak menyalakan api. Api di sini melambangkan hawa nafsu dan amarah. Dengan tidak menyalakan api, umat belajar menenangkan diri, menahan emosi, dan mengurangi konsumsi energi.

Kedua, Amati Karya, tidak bekerja atau melakukan aktivitas fisik. Maknanya bukan sekadar berhenti dari pekerjaan duniawi, tetapi memberi waktu bagi tubuh dan alam untuk beristirahat. Mesin-mesin berhenti, pabrik tak beroperasi, dan bumi pun seakan menarik napas lega.

Ketiga, Amati Lelungan, berarti tidak bepergian. Jalanan yang biasanya padat menjadi sunyi. Tidak ada kendaraan yang lalu lalang, tak ada pesawat yang melintas. Bali seakan berhenti di bawah langit yang tenang.

Dan keempat, Amati Lelanguan, yaitu tidak bersenang-senang. Umat diminta menahan diri dari hiburan dan kesenangan duniawi, agar bisa lebih fokus merenung, bermeditasi, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Empat prinsip ini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan bentuk nyata latihan spiritual, sosial, dan ekologis. Dalam diam, manusia diajak untuk menyadari bahwa segala aktivitasnya memiliki dampak bagi lingkungan. Dan menariknya, dampak ekologis dari Nyepi terbukti luar biasa.

Penelitian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa saat Nyepi, polusi udara di Bali menurun drastis, konsumsi listrik berkurang hingga 60%, dan sekitar satu juta liter bahan bakar berhasil dihemat dalam sehari. Keheningan ternyata dapat menyembuhkan bumi lebih cepat dari ribuan kampanye ramah lingkungan.

Namun, Nyepi bukan satu-satunya wujud kearifan ekologis masyarakat Bali. Di tengah sawah yang hijau dan bertingkat, terdapat sistem kuno yang masih hidup hingga kini yaitu Subak. Sekilas, Subak tampak seperti sistem pengairan biasa, tetapi sejatinya ia adalah wujud konkret dari filosofi Tri Hita Karana, ajaran tentang tiga harmoni: hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), dengan sesama manusia (Pawongan), dan dengan alam (Palemahan).

Dalam Subak, air dianggap suci dan harus dikelola secara adil melalui musyawarah. Tidak ada perebutan, karena setiap tetes air diyakini memiliki nilai spiritual. Pura-pura kecil dibangun di tengah sawah untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa sebagai penjaga kesuburan. Gotong royong antarpetani bukan hanya kewajiban sosial, melainkan juga bentuk bakti.

Menariknya, sistem sawah bertingkat atau terasering di Bali bukan hanya keindahan lanskap, melainkan solusi ekologis yang cerdas. Bentuk ini mencegah erosi, menjaga kelembapan tanah, dan mengatur aliran air agar efisien dari hulu ke hilir. Tak heran jika UNESCO menetapkan Subak sebagai Warisan Budaya Dunia, karena sistem ini berhasil menyatukan teknologi, budaya, dan spiritualitas dalam harmoni yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun