Mohon tunggu...
Klemens Kehri
Klemens Kehri Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK Pelayaran Yappen rays Maumere

Nama lengkap Klemens Kehri adalah guru Bahasa dan Seni Sastra Indonesia di SMK Pelayaran Yappen Rays Maumere, pria tamatan Universitas Muhammadiyah Kupang tahun 2011. Memiliki beberapa hobi antaralain sepak bola, beladiri, seni sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika dan Solusi Mengatasi Program Literasi dalam Pembelajaran Literasi di Sekolah

7 Desember 2022   07:51 Diperbarui: 7 Desember 2022   07:56 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

problematika dan solusi  mengatasi program literasi

dalam pembelajaran di sekolah

 Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar  proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik memengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.Hal yang paling mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca. 

Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal lainnya. Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik. Melalui membaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya. 

Membaca memberikan pengaruh budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik. Sayangnya, sampai saat ini prestasi literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah, berada di bawah rata-rata skor internasional. 

Data dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO) menunjukkan, minat baca anak Indonesia hanya 0,1%. Artinya dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca.

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 menyatakan perlunya sekolah menyisihkan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian dari penumbuhan budi pekerti. Meskipun begitu, banyak referensi menegaskan bahwa program membaca bebas tidak cukup hanya sekadar menyediakan waktu tertentu (misalnya lima belas menit setiap hari) bagi peserta didik untuk membaca. 

Agar program membaca bebas dapat berjalan dengan baik, sekolah perlu memastikan bahwa warga sekolah memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang prinsip- prinsip kegiatan membaca bebas dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan program. Pendidikan bermutu buruk yang disebabkan oleh kurangnya berlitersi oleh peserta didik akan menjadi penghambat bagi laju perkembangan keberhasilan belajar oleh peserta didik sendiri.Penekanan pembelajaran literasi pada membaca dan menulis lebih banyak diterapkan di Sekolah.  

Pembelajaran literasi yang memuat pembelajaran membaca dan menulis, pada dasarnya membutuhkan kemampuan peserta didik dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi. Literasi menjadi hal yang paling mendasar dan perlu ditanamkan bagi anak didik di sekolah, terutama peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan. 

Literasi menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari pendidikan karena menjadi sarana untuk mengenal, memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di lingkungan sekolah ataupun di rumah.Pernyataan ini mengacu pada pengertian kemampuan literasi adalah kemampuan informasi. 

Artinya, kemampuan seseorang menguasai informasi yang berkembang dengan sangat cepat, mulai dari mengakses, memahami, sampai menggunakannya secara cerdas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun