Mohon tunggu...
klementius silalahi
klementius silalahi Mohon Tunggu... -

Lihat-lihat dan baca-baca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dunia Gila!

17 November 2015   14:32 Diperbarui: 17 November 2015   14:32 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca berita tentang tragedy di Paris sungguh membuat frustasi.  Bagaimana bisa manusia yang katanya berakal tega melakukan pembunuhan massal seperti itu. Di Paris, sedang tidak dalam situasi perang. Bukan daerah konflik. Tidak terjadi huru-hara. Semua normal, senyap dan damai. Tiba-tiba bum, suara bom dilanjutkan rentetan suara senjata ke arah kerumunan. Sungguh biadab.

Yang lebih membuat frustasi, banyak sekali yang kemudian membandingkan dengan pembunuhan-pembunuhan di Palestina, Suriah, Irak dan kemudian Myanmar. Seolah-olah membenarkan perbuatan biadab di Paris.

Berpikirlah. Serap informasi. Timbanglah. Semua orang mengutuk pembunuhan yang terjadi di Palestina, Suriah, Irak dan Myanmar. Hanya orang gila saja yang tidak berduka melihat pembunuhan dan pembantaian di sana. Tapi lihatlah, di semua daerah tersebut sedang terjadi konflik, sedang terjadi perang. Sungguh tak tepat jika dibandingkan dengan peristiwa di Paris. Ini sungguh mengusik  akal sehat.

Kemarahan memang selalu mencari bentuk. Pelaku kekejaman di Paris, yang besar kemungkinan telah ‘dicuci’ otak-nya, mungkin saja memang melakukan sebagai balas dendam atas peristiwa di belahan dunia lain. Si pencuci otak dan/atau pelaku, sepertinya marah atas kebijakan luar negri Perancis. Ditambah lagi kejadian Charlie Heblon.

Tapi, orang yang terang akal dan waras pikir, harusnya tak mengeluarkan pernyataan sejenis “Itulah akibatnya…” dan “Tak usah bersimpati, bersimpati saja ke Palestina, Suriah, Irak dan Myanmar”. Dasar sakit! Dasar gila!


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun