Desa Tekung, sebuah desa agraris di Jawa Timur, tengah mengalami transformasi pertanian berkat inovasi yang lahir dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaboratif. Mahasiswa yang tergabung dalam program ini berhasil mengembangkan sebuah alat bernama "Satu Tancap Seribu Tumbuh" yang bertujuan untuk mempercepat proses penanaman padi sekaligus memudahkan petani. Alat ini telah didemonstrasikan langsung kepada para kepala Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tekung sebagai langkah awal penyebarannya.
Latar belakang pengembangan alat ini berasal dari kebutuhan petani Desa Tekung yang selama ini masih menggunakan metode penanaman tradisional yang memakan banyak waktu dan tenaga. Melalui kerja sama dari berbagai bidang ilmu, mahasiswa KKN berhasil membuat alat pemupukan semi otomatis yang sederhana dan terjangkau. Alat ini bisa diproduksi secara massal di tingkat desa, sehingga dalam satu kali penggunaan alat, proses pemupukan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.
Setelah alat selesai dibuat, para mahasiswa KKN mengadakan demonstrasi kepada seluruh kepala Gapoktan yang mewakili para petani. Setiap Gapoktan menerima satu alat untuk dicoba langsung di lahan mereka. Respon yang diterima sangat positif; banyak petani mengatakan alat ini membantu mempercepat waktu pemupukan dan mengurangi beban kerja. Mahasiswa KKN juga memberikan brosur berisi tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembuatan alat "Satu Tancap Seribu Tumbuh" kepada kepala gapoktan. Dengan cara ini, mereka berharap anggota kelompok tani bisa membuat alat tersebut secara mandiri sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh lebih banyak petani.
Pentingnya pelatihan penggunaan alat juga menjadi perhatian utama dalam program ini. Mahasiswa KKN memberikan bimbingan singkat agar ketua gapoktan dapat memahami cara kerja alat. Hal ini diharapkan agar alat tidak hanya dipakai sekali, tapi bisa digandakan dan dipelihara secara mandiri oleh komunitas petani di Desa Tekung.
Inovasi "Satu Tancap Seribu Tumbuh" sejalan dengan upaya nasional dalam mendorong teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai program yang mendukung penggunaan alat mesin pertanian sederhana namun efektif, terutama untuk petani skala kecil dan menengah. Peran mahasiswa dalam menghubungkan teori akademis dan kebutuhan nyata lapangan memperkuat ekosistem inovasi di desa-desa.
Meski begitu, beberapa tantangan masih harus dihadapi. Pendanaan untuk produksi massal dan kemampuan petani dalam merawat alat menjadi faktor kunci kelangsungan program. Rencana ke depan meliputi kerja sama dengan pemerintah desa dan instansi terkait untuk mendirikan unit produksi alat di tingkat lokal serta pengawasan penggunaan alat secara berkala.
Kesimpulannya, keberhasilan KKN kolaboratif dalam menciptakan alat "Satu Tancap Seribu Tumbuh" menjadi contoh konkret bagaimana inovasi berbasis masyarakat dapat memberikan dampak positif bagi sektor pertanian. Dengan rencana distribusi dan pelatihan yang matang, alat ini berpotensi meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani Desa Tekung. Model inovasi ini juga dapat dijadikan inspirasi bagi desa lain yang ingin mengadopsi teknologi sederhana untuk kemajuan pertanian mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI