Desa Songgon, Banyuwangi -- Dalam upaya meningkatkan visibilitas dan daya saing para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah pedesaan, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Jember (UNEJ) yang tengah melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Songgon menggagas sebuah program inovatif bertajuk "Mading Pemetaan UMKM".
 Program ini merupakan salah satu program kerja unggulan dari tim KKN Universitas Jember, yang menitikberatkan pada pengembangan potensi ekonomi lokal melalui media informasi yang kreatif, informatif, serta mudah diakses oleh masyarakat umum. Berlokasi di Balai Desa Songgon, mading tersebut menjadi sarana visual yang menampilkan profil singkat dari para pelaku UMKM setempat, lengkap dengan jenis produk yang mereka hasilkan serta informasi kontak atau akun media sosial yang bisa dihubungi oleh calon pembeli atau mitra usaha.
 "Kami melihat potensi UMKM di Desa Songgon sangat besar, namun belum semua pelaku usaha memiliki akses promosi yang memadai. Banyak dari mereka masih bergantung pada pemasaran dari mulut ke mulut. Mading ini menjadi salah satu bentuk solusi sederhana namun berdampak," ujar Alfin, selaku penanggung jawab program kerja Mading UMKM dari tim KKN UNEJ Desa Songgon.Â
Survei Langsung: Menyentuh UMKM Secara Personal Sebelum proses penyusunan mading dilakukan, tim KKN terlebih dahulu menjalankan proses survei lapangan secara langsung ke beberapa dusun di wilayah Desa Songgon. Mahasiswa melakukan wawancara dengan pelaku UMKM untuk menggali informasi seputar jenis usaha, produk yang dijual, sejarah usaha, hingga hambatan dan peluang yang mereka hadapi.Â
Beberapa UMKM yang berhasil dimasukkan ke dalam mading antara lain:Â
- Produsen keripik pisang rumahanÂ
- Usaha kopi lokalÂ
- Peternak lebah madu dengan produk murni asliÂ
- Peracik jamu herbal dengan bahan alamiÂ
- Produsen tempe skala kecilÂ
- Penjual makanan ringan seperti cripstick mbothe, bagiak dan krekel singkong
Mading ini tidak hanya berfungsi sebagai papan informasi biasa, melainkan dirancang secara visual dan edukatif. Setiap pelaku UMKM dipetakan berdasarkan wilayah dusun tempat mereka berasal, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui keberadaan pelaku usaha di lingkungan sekitar mereka.Â
Desain mading memadukan elemen warna, ikon produk, dan foto kegiatan UMKM secara langsung yang diambil saat survei. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian warga maupun pengunjung desa agar lebih tertarik mengenal produk lokal. Beberapa informasi seperti nomor WhatsApp, akun Instagram, atau link marketplace juga turut dicantumkan jika tersedia.Â
Program ini disambut baik oleh pemerintah desa dan masyarakat Songgon. Kepala Desa Songgon menyampaikan apresiasinya atas inovasi mahasiswa yang mampu menjembatani kebutuhan promosi UMKM secara kreatif dan langsung menyasar akar permasalahan. "Harapannya, ke depan program ini bisa terus dilanjutkan bahkan dikembangkan menjadi media digital seperti website desa atau katalog online yang bisa menjangkau pasar lebih luas," ujar Kepala Desa Songgon.Â
Dukungan ini juga menjadi sinyal bahwa mading tersebut bukan sekadar program jangka pendek, namun dapat ditindaklanjuti menjadi bagian dari sistem informasi desa yang berkelanjutan. Dengan semangat kolaborasi antara mahasiswa dan warga, Mading Pemetaan UMKM menjadi langkah awal yang menjanjikan dalam mendorong geliat ekonomi desa berbasis potensi lokal. Program ini menunjukkan bahwa pengabdian masyarakat tidak selalu harus berskala besar atau bermodal besar, namun dapat dilakukan melalui pendekatan kreatif yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.Â