Sukajadi – Kehadiran mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim (STAI HAS) yang tengah menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajadi memberikan warna tersendiri dalam dinamika keagamaan masyarakat setempat. Pada Senin malam, para mahasiswa ikut berpartisipasi dalam pengajian rutin di Majlis Ta’lim Nurul Hidayah, Kampung Pulau Sirih Kidul, sebuah forum pengajian yang telah menjadi tradisi mingguan warga untuk memperdalam ilmu agama, mempererat ukhuwah, sekaligus menumbuhkan kesadaran spiritual di tengah kehidupan modern.
Keterlibatan mahasiswa dalam acara ini bukan sekadar sebagai peserta, melainkan juga bagian dari penyelenggara. Beberapa mahasiswa tampil percaya diri sebagai Master of Ceremony (MC) yang memandu jalannya acara dengan bahasa yang santun dan penuh adab. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya berperan dalam pengabdian sosial, tetapi juga mengasah keterampilan komunikasi keagamaan yang sangat penting bagi calon sarjana pendidikan Islam.
Tidak berhenti di situ, mahasiswa juga berbaur dengan jamaah, khususnya ibu-ibu majlis ta’lim, dalam pembacaan sholawat. Lantunan sholawat yang dipimpin mahasiswa dan disambut dengan suara merdu para jamaah menciptakan suasana syahdu dan penuh kekhusyukan. Momen ini menggambarkan adanya jembatan emosional dan spiritual antara mahasiswa dengan masyarakat, di mana nilai-nilai keagamaan tidak hanya diajarkan, tetapi juga dihidupkan dalam praktik nyata kebersamaan.
Puncak acara diisi dengan siraman rohani oleh Bapak Ustadz Asan Basri, seorang tokoh agama yang sudah lama membina majlis ta’lim tersebut. Dalam tausiyahnya, beliau menegaskan pentingnya konsistensi dalam beribadah dan menjaga kualitas keimanan di tengah arus modernisasi. “Majlis ta’lim bukan sekadar tempat berkumpul, melainkan ruang untuk memperkuat hati dan menambah bekal iman dalam menghadapi tantangan hidup,” tuturnya. Pesan ini mendapat perhatian khusus dari para mahasiswa yang hadir, karena sejalan dengan semangat KKN yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan pengalaman sosial dan spiritual di lapangan.
Warga menyambut baik keikutsertaan mahasiswa STAI HAS dalam pengajian tersebut. Salah seorang jamaah ibu-ibu mengungkapkan rasa syukurnya. “Kami sangat senang dengan kehadiran mahasiswa. Mereka bukan hanya membantu desa dalam kegiatan sosial, tetapi juga ikut memakmurkan majlis ta’lim ini. Apalagi ketika mereka memandu sholawat, terasa sekali semangatnya,” ucapnya dengan penuh antusias.
Dari perspektif akademis, keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan keagamaan ini mencerminkan prinsip tri dharma perguruan tinggi, khususnya aspek pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini sekaligus menjadi sarana pembelajaran lapangan yang menghubungkan teori dengan realitas. Mahasiswa tidak hanya belajar tentang dakwah dalam ruang kelas, tetapi juga merasakan langsung dinamika dakwah kultural yang hidup dalam masyarakat pedesaan.
Partisipasi mahasiswa STAI HAS juga menegaskan bahwa pengabdian tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pembangunan fisik atau sosial-ekonomi semata, melainkan juga dalam penguatan dimensi spiritual masyarakat. Dengan demikian, keberadaan mahasiswa KKN dapat dipandang sebagai agen transformasi religius, yang berupaya menjaga kesinambungan tradisi keagamaan sambil mengaktualisasikannya dengan semangat akademis dan kepedulian sosial.
Kegiatan pengajian rutin di Majlis Ta’lim Nurul Hidayah ini pada akhirnya menjadi wadah pertemuan yang mempertemukan tiga kekuatan penting: mahasiswa sebagai generasi intelektual, masyarakat sebagai pemilik tradisi, dan ulama sebagai penjaga otoritas keagamaan. Sinergi ini diharapkan mampu memperkuat basis keagamaan sekaligus memperkokoh kohesi sosial di Desa Sukajadi.