Jalannya Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan secara bergilir di setiap tingkat kelas, mulai dari siswa kelas 7, 8, hingga 9. Metode yang digunakan sederhana namun interaktif: presentasi materi dan sesi tanya jawab.
Dalam sesi presentasi, mahasiswa KKN memaparkan:
- Definisi bullying: apa saja bentuknya, termasuk ejekan, dorongan, pengucilan, hingga intimidasi online.
- Dampak bullying: luka fisik, trauma psikologis, rendah diri, hingga prestasi akademik menurun.
- Cara mencegah bullying: membangun empati, menghargai perbedaan, serta berani bersuara bila melihat teman diperlakukan tidak adil.
- Langkah melapor: menyampaikan kejadian kepada guru, konselor, maupun orang tua.
Suasana menjadi lebih hidup ketika memasuki sesi diskusi. Banyak siswa dengan jujur dan berani mengaku pernah terlibat, baik sebagai korban maupun tanpa sadar sebagai pelaku. Ada yang bercerita sering dipanggil dengan julukan tertentu yang membuatnya tidak nyaman. Ada pula yang mengaku menyesal setelah menyadari bahwa candaan kecilnya ternyata menyakiti perasaan teman.
Antusiasme Siswa
Respons siswa sungguh luar biasa. Mereka tampak antusias mendengarkan, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman pribadi. Bahkan, beberapa siswa menggunakan bahasa sehari-hari khas Sumatera yang membuat suasana cair dan penuh keakraban.
Seorang siswa kelas 8 sempat berujar, "Kadang kami anggap becanda aja, bang, tapi kawan itu sakit hati. Jadi kami baru sadar sekarang, ternyata itu udah masuk bullying."
Pengakuan-pengakuan semacam ini menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi tidak sekadar formalitas, melainkan betul-betul membuka kesadaran baru bagi para peserta.
Kesan dan Harapan
Bagi Kelompok KKN Gemala, kegiatan ini menjadi pengalaman yang berkesan. Melihat keterbukaan siswa untuk berbicara tentang pengalaman pribadi adalah tanda bahwa sosialisasi berjalan dengan baik.
Salah satu anggota kelompok menyampaikan, "Kami berharap setelah kegiatan ini, siswa-siswi bisa lebih peduli sama kawan-kawannya. Jangan sampai ada lagi yang merasa sendiri karena dibully. Kalau ada masalah, selesaikan dengan cara yang baik."
Harapannya, sekolah dapat terus menindaklanjuti upaya ini dengan membentuk lingkungan belajar yang ramah, di mana guru, siswa, dan seluruh warga sekolah bersatu untuk menolak segala bentuk bullying. Dengan demikian, sekolah tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang yang aman untuk tumbuh dan berkembang.
Penutup
Bullying itu menyakitkan baik bagi korban yang terluka maupun pelaku yang akhirnya menyesal. Mencegahnya bukan hanya tugas guru atau orang tua, tetapi juga tanggung jawab setiap siswa.
Kegiatan sosialisasi ini diharapkan menjadi langkah kecil menuju perubahan besar: generasi muda yang lebih peduli, berempati, dan berani menciptakan lingkungan sekolah tanpa kekerasan.
Sahmiral Amri Rajagukguk
Kelompok KKN Gemala 2025
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI