Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bagian integral dari proses pendidikan tinggi di Indonesia. Program ini bukan hanya menjadi wadah pengabdian masyarakat, tetapi juga wahana pembelajaran langsung bagi mahasiswa dalam memahami dinamika sosial, budaya, dan kebutuhan masyarakat secara nyata. Hal inilah yang tengah dijalankan oleh kelompok 20 mahasiswa KKN dari Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember dalam masa pengabdian mereka di tahun 2025. Bertempat di sebuah kawasan yang kental dengan nuansa keagamaan, kelompok ini melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar di dua tempat sentral masyarakat: Mushola milik Bapak Sugito dan Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren Darul Jannah.
Sejak awal penempatan, kelompok KKN 20 menetapkan komitmen untuk hadir bukan hanya sebagai tamu sementara, tetapi sebagai mitra aktif masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal. Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk kontribusi langsung pada sektor pendidikan nonformal, khususnya pendidikan agama. Di tengah perkembangan zaman yang pesat, pendidikan keagamaan tetap menjadi fondasi penting bagi pembentukan karakter generasi muda. Oleh karena itu, kelompok KKN 20 memilih untuk fokus mendampingi proses belajar di dua lembaga informal tersebut setiap hari Rabu dan Jumat, pada pukul 17.30 WIB.
Mushola Bapak Sugito menjadi tempat pertama yang mendapat sentuhan semangat pengabdian dari para mahasiswa. Mushola ini selama ini menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi anak-anak di lingkungan sekitar. Dalam program yang berjalan secara berkala, para mahasiswa membantu membimbing anak-anak dalam menyimak bacaan ngaji yang dilantunkan oleh ustaz maupun teman sebaya mereka. Proses menyimak ini sangat penting, karena merupakan fondasi awal bagi anak-anak untuk memahami lafaz-lafaz Al-Qur'an dengan baik sebelum mereka mulai membaca secara mandiri.
Kegiatan di mushola tak berhenti sampai di sana. Anak-anak juga diajak untuk belajar menulis huruf Arab Pegon, sebuah aksara tradisional yang memadukan huruf Arab dengan bahasa Jawa, yang dahulu banyak digunakan dalam penyebaran Islam di Nusantara. Pembelajaran Pegon ini tidak hanya memperkenalkan anak-anak pada kekayaan khazanah Islam lokal, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap tradisi Islam Nusantara yang unik dan sarat makna. Di tengah arus globalisasi yang kerap menggiring generasi muda untuk melupakan warisan budaya, kehadiran pelajaran Pegon menjadi bentuk upaya pelestarian identitas lokal yang berharga.
Selain itu, doa-doa harian juga menjadi bagian dari materi ajar di mushola ini. Anak-anak tidak hanya diajarkan untuk menghafal, tetapi juga memahami makna dari doa-doa tersebut, seperti doa sebelum dan sesudah makan, doa keluar dan masuk rumah, doa untuk kedua orang tua, serta doa perlindungan dari kejahatan. Penyampaian materi ini dilakukan secara komunikatif dan interaktif, dengan pendekatan yang menyenangkan, agar anak-anak dapat menginternalisasi nilai-nilai spiritual tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, di hari yang sama setiap minggunya, para mahasiswa KKN juga turut mengabdi di Madrasah Diniyah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Darul Jannah. Madrasah ini memiliki struktur pembelajaran yang lebih sistematis dan formal dibandingkan dengan kegiatan di mushola. Di sinilah para mahasiswa membantu dalam mengajar dan mendampingi santri-santri muda dalam berbagai bidang studi keislaman, seperti akhlak, tajwid, bahasa Arab, dan fikih.
Pelajaran akhlak menjadi titik tekan utama dalam pendidikan diniyah. Para mahasiswa tidak hanya mentransfer teori, tetapi juga memberikan contoh konkret melalui perilaku dan tutur kata yang santun. Tujuan dari pendidikan akhlak ini adalah membentuk pribadi muslim yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kasih sayang, dan kepedulian sosial disampaikan melalui cerita-cerita inspiratif dan diskusi ringan yang mudah dipahami oleh santri.
Bidang tajwid menjadi materi penting lainnya yang diajarkan dengan penuh kesungguhan. Mengingat pentingnya membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, para mahasiswa memberikan bimbingan tajwid mulai dari makharijul huruf (tempat keluarnya huruf) hingga kaidah-kaidah panjang pendek bacaan. Santri diajak untuk berlatih secara perlahan, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Pendekatan personal ini terbukti efektif meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur'an para santri.
Bahasa Arab, sebagai bahasa Al-Qur'an, juga menjadi fokus utama dalam pembelajaran. Dengan pendekatan yang kreatif, mahasiswa mencoba menghadirkan metode belajar yang menyenangkan, seperti percakapan sederhana, permainan kata, dan pemahaman kosakata dasar. Tujuannya bukan sekadar agar santri mampu membaca kitab, tetapi juga agar mereka mampu menangkap makna teks-teks klasik secara langsung, yang kelak akan sangat berguna dalam memahami ilmu-ilmu Islam yang bersumber dari literatur Arab.
Tak kalah penting, pelajaran fikih juga diberikan dengan cara yang aplikatif. Mahasiswa membantu menjelaskan konsep-konsep dasar fikih yang berkaitan dengan ibadah sehari-hari, seperti tata cara wudhu, salat, puasa, serta hukum-hukum muamalah dasar. Pembelajaran dilakukan dengan cara yang kontekstual, disesuaikan dengan realitas kehidupan para santri agar mereka dapat menerapkan ilmu tersebut secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.