Dalam semangat kolaborasi dan pelestarian budaya, Gubugklakah menjadi saksi berkumpulnya berbagai pihak dalam acara "Gubugklakah Sejati". Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Gus Irul, mentor organisasi IPNU/IPPNU, Pak Faqih, perangkat desa sekaligus penengah diskusi, dan Pak Haryo, seorang mentor yang menekankan pentingnya menggabungkan aspek sosial dan usaha untuk menghindari kapitalisasi budaya.Â
Dalam sambutannya, Gus Irul memadukan sosial dan usaha untuk keberlanjutan semangat pemuda Gubugklakah dalam menjadikan desa mereka sebagai ruang yang menaungi semua orang tanpa memandang latar belakang. "Gubugklakah ini seperti atap yang melindungi semua pihak. Kita harus menjadikan tempat ini ruang untuk tumbuh, sambil tetap menjaga budaya yang kini terancam oleh urbanisasi," ujarnya.Â
Harapan dari kegiatan ini dapat menjadikan Gubugklakah sebagai agen perubahan dengan fokus pada inovasi dan kreativitas berbasis kearifan lokal. "Kami ingin pemuda dan pemudi di desa ini tidak hanya berkembang secara individu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi desa mereka," kata Pak Faqih. Â
Salah satu upaya pelestarian budaya lokal yang dibahas adalah fokus pada seni tari tradisional Bantengan, bukan hanya aspek simbolik bantengnya. Selain itu, diusulkan pengembangan motif batik khas yang terinspirasi dari udeng Tengger untuk menjadi identitas budaya baru. "Budaya lokal adalah warisan yang harus dijaga, dan seni seperti tari Bantengan ini bisa menjadi daya tarik sekaligus sarana pendidikan bagi generasi muda," tambah Pak Haryo selaku penanggung jawab pariwisata dan umkm di desa wisata gubuklakah.Â
Acara ini juga membuka peluang kolaborasi dengan mahasiswa yang diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam bidang budaya, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. "Mahasiswa adalah agen perubahan yang bisa memadukan ide-ide inovatif dengan kearifan lokal," tutur Gus Irul. Setiap program kerja dirancang bersifat paralel, mulai dari yang ditujukan untuk desa, sekolah, hingga pemuda. Harapannya, di akhir program, akan ada sebuah acara besar yang memperlihatkan hasil dari setiap kegiatan. "Kami ingin memastikan bahwa output dari setiap program ini dapat dikenal luas dan memberikan manfaat yang berkelanjutan," jelas Pak Faqih.Â
Acara ditutup dengan diskusi interaktif bersama peserta, dengan fokus pada menciptakan dampak yang dapat dikenang di Gubugklakah. "Kita tidak hanya menciptakan program, tetapi juga meninggalkan warisan yang berarti bagi desa ini," pungkas Gus Irul dan pak faqih. Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan pelestarian budaya, harapan besar digantungkan pada Gubugklakah untuk menjadi teladan bagi desa-desa lain dalam menjaga harmoni dan keberlanjutan budaya lokal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI