Serang, Banten --- Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dari Kelompok KKM 14 Universitas Bina Bangsa (UNIBA) sukses menciptakan dan mengenalkan alat deteksi kebocoran gas LPG berbasis Internet of Things (IoT) kepada masyarakat dalam kegiatan penyuluhan di Graha Walantaka, RT 14 RW 06, Kota Serang, Sabtu (26/7/2025).
Kegiatan yang dipimpin oleh Muhamad Farhan, mahasiswa jurusan Ilmu Komputer UNIBA ini bertujuan untuk memberikan edukasi tentang bahaya kebocoran gas serta memperkenalkan teknologi sederhana dan terjangkau yang bisa menjadi solusi bagi masyarakat, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Alat ini dirancang agar mudah digunakan oleh masyarakat umum dan UMKM, dengan biaya produksi di bawah Rp100.000," ujar Farhan saat ditemui usai kegiatan penyuluhan.
Dua Mode: Offline dan Online
Alat deteksi kebocoran gas ini memiliki dua mode utama: offline dan online. Dalam mode offline, alat bekerja secara mandiri tanpa koneksi internet. Jika sensor mendeteksi konsentrasi gas melebihi batas aman, maka buzzer akan berbunyi nyaring dan lampu LED indikator akan menyala (kuning untuk kebocoran sedang, merah untuk kebocoran parah, dan hijau saat kondisi aman).
Sementara dalam mode online, alat dapat mengirimkan notifikasi otomatis ke aplikasi Telegram pengguna, memungkinkan pemantauan jarak jauh secara real-time. Mode ini dapat diaktifkan dengan menekan tombol biru pada alat selama 5 detik, lalu menyambungkan alat ke WiFi rumah melalui portal konfigurasi.
Sensor alat ini mampu mendeteksi berbagai jenis gas, seperti LPG, metana, butana, etanol, serta asap, yang umum digunakan atau dihasilkan di lingkungan rumah tangga dan usaha kecil.
Respon Masyarakat Positif
Penyuluhan yang dilakukan mendapat sambutan antusias dari warga, khususnya dari kalangan ibu-ibu pelaku UMKM. Mereka tertarik untuk menggunakan alat ini sebagai sistem peringatan dini terhadap risiko kebakaran akibat kebocoran gas.
"Alat ini sangat membantu. Saya berharap bisa dipakai di dapur usaha saya," ungkap salah satu warga peserta penyuluhan.
Menuju Produksi Massal
Farhan menyampaikan bahwa alat yang dikembangkan ini sedang dalam proses pendaftaran HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) dan akan diajukan perizinan ke pemerintah jika ke depannya memungkinkan untuk diproduksi secara massal.
"Target saya, alat ini bisa digunakan secara luas oleh masyarakat sebagai bentuk penerapan teknologi tepat guna yang praktis dan bermanfaat," tutupnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI