Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aroma Seksualitas dalam Secangkir "Kopi Pangku"

22 Desember 2020   05:23 Diperbarui: 27 April 2021   08:33 9237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kopi pangku (warung pangkon). | Reverbnation.com

Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa warkop pangku bisa menjadi salah satu tempat ideal untuk melepas fase puber kedua bagi mereka yang merayakannya.

Isu Sosial dalam Pahitnya Kopi Pangku

Warkop pangku bukan hal yang secara tiba-tiba muncul tanpa adanya hukum sebab-akibat. Selain oleh karena adanya kebutuhan syahwat pria hidung belang, fenomena tersebut juga menyibak tabir mengenai isu sosial dalam masyarakat.

1. Eksploitasi

Warkop pangku menjadikan pramusaji sebagai daya tarik utamanya yang juga menempatkan Kaum Hawa tidak lebih dari sekedar komoditas.

Mereka dipekerjakan tak hanya sebatas meracik minuman dan menyuguhkannya kepada para pengunjung, melainkan juga memberikan layanan ekstra. Dari situlah bibit eksploitasi bermula.

Para pemilik warkop pangku lazimnya menjarat wanita-wanita muda dengan memberikan iming-iming gaji tinggi, tetapi melalui pekerjaan yang ringan.

Mereka akan memaksa pramusaji untuk memberikan layanan maksimal. Tanpa peduli apakah hal tersebut pantas untuk dilakukan atau tidak, asalkan pelanggan betah. Semakin nakal aksinya, semakin banyak pula uang yang bisa didapatkan para pemilik modal.

Adanya ancaman tertentu juga membuat para pramusaji terjebak dalam lingkaran eksploitasi. Mereka juga terancam untuk diperdagangkan dalam skema prostitusi terselubung yang sulit dihindari.

2. Ekonomi

Menjadi pramusaji di kedai kopi pangku sejatinya bukan pilihan dari hati nurani. Sebagian besar pramusaji terpaksa harus memilih profesi tersebut karena tidak memiliki pekerjaan lain yang lebih layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun