Mohon tunggu...
Kinaryosih Zidane
Kinaryosih Zidane Mohon Tunggu... mahasiswa

saya seorang mahasiswa baru yang tertarik dengan sesuatu yang berbau bisnis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Impulsive Buying, Gen Z! Yuk Stop dan Mau Duit Nggak Kebakar? Pakai Tips Ini!

8 Januari 2025   05:32 Diperbarui: 8 Januari 2025   05:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Impulsive Buying: Definisi dan Dampaknya
Impulsive Buying adalah kebiasaan membeli barang secara spontan, tanpa perencanaan sebelumnya, dan tanpa pertimbangan yang matang. Pembelian ini sering kali tidak diperlukan dan tidak memiliki manfaat yang jelas. Perilaku impulsif ini sering dipicu oleh emosi, seperti stres, rasa bosan, atau perasaan senang yang berlebihan. Akibatnya, pelaku sering merasa menyesal dan stres karena telah membeli barang yang tidak berguna dan menghabiskan uang dengan sia-sia. Meskipun demikian, mereka cenderung mengulanginya lagi. Jika siklus ini terus berlanjut, dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit mental, seperti gangguan kecemasan, gangguan mood, gangguan makan, hingga gangguan kepribadian. Oleh karena itu, perilaku ini sebaiknya dihentikan segera. Fenomena ini marak terjadi di kalangan masyarakat, khususnya Gen Z, dan memiliki dampak buruk bagi kesehatan finansial dan mental.

Penyebab Maraknya Impulsive Buying di Kalangan Gen Z

Maraknya perilaku impulsive buying pada Gen Z disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Pengaruh Media Sosial: Media sosial berperan penting dalam mendorong impulsive buying melalui iklan dan keberadaan selebritas media sosial. Influencer dapat membuat produk terlihat menarik, sehingga mendorong Gen Z untuk melakukan pembelian tanpa perencanaan sebelumnya. Penelitian menunjukkan bahwa influencer sering dianggap sebagai sumber inspirasi yang memberikan rekomendasi produk yang memengaruhi keputusan pembelian mereka.

2. Rasa Takut Ketinggalan (FOMO): Gen Z sering merasa terdorong untuk membeli produk karena Fear Of Missing Out (FOMO). Mereka takut ketinggalan penawaran menarik atau merasa perlu mempertahankan gaya hidup tertentu yang sering ditampilkan oleh influencer. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh iklan dan promosi di media sosial.

3. Keinginan Menciptakan Kebahagiaan: Sifat impulsif dalam pembelian juga berkaitan dengan keinginan untuk mengatasi stres dan depresi. Pembelian barang baru dapat memberikan rasa bahagia sesaat, sehingga banyak dari mereka terjebak dalam siklus pembelian impulsif sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif.


Dampak Negatif dari Impulsive Buying
Perilaku impulsive buying menjadi kebiasaan yang perlu disoroti karena memiliki dampak negatif yang berkepanjangan bagi kehidupan seseorang. Beberapa dampak negatif tersebut meliputi:
Keuangan yang Tidak Terkontrol: Pembelian berlebih dapat menyebabkan masalah keuangan.

Penyesalan terhadap Pembelian: Banyak individu merasa menyesal setelah membeli barang yang tidak sesuai dengan ekspektasi.

Penumpukan Barang: Barang hasil pembelian sering kali tidak digunakan lagi.

Hal-hal negatif ini harus diatasi untuk menghindari gaya hidup yang tidak sehat.

Cara Mengontrol Perilaku Impulsive Buying
Gen Z dapat mengontrol perilaku impulsive buying dengan beberapa cara:
1. Menghindari Lingkungan Pemicu: Kurangi kunjungan ke tempat belanja atau situs e-commerce saat tidak ada kebutuhan mendesak.

2. Berbelanja dengan Daftar Belanja: Selalu bawa daftar belanja dan patuhi daftar tersebut untuk menghindari pembelian yang tidak penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun