Mohon tunggu...
kiasassaski
kiasassaski Mohon Tunggu... mahasiwa

saskia apriliyani

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Miskonsepsi VS Mispersepsi

19 April 2025   09:27 Diperbarui: 19 April 2025   11:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Syakira Azzahra - 241012650661

Miskonsepsi atau misconception dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu salah pengertian atau salah paham. Miskonsepsi berarti keliru dalam memahami sebuah ide, konsep atau informasi. Secara sederhana, miskonsepsi dapat diartikan sebagai sebuah interpretasi pandangan naif dan definisi yang tidak akurat terhadap suatu konsep yang tidak diterima karena bertentangan pengertian ilmiah. Miskonsepsi ini sering terjadi karena kurangnya kesadaran akan faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi, seperti konteks, budaya, emosi, dan cara penyampaian pesan.

Penyebab dari miskonsepsi ini antara lain: penggunaan kata istilah yang membingungkan, kurang jelasnya intonasi nada dalam menyampaikan informasi sehingga kalimat atau kata kata yang diterima oleh komunikan berbeda dengan maksud dari komunikator, ataupun informasi yang disampaikan tidak akurat. Contohnya dalam pemahaman “Manusia berasal dari monyet” kalimat ini disalah artikan, faktanya teori evolusi menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki nenek moyang yang sama, bukan manusia berasal dari monyet yang ada sekarang.

Miskonsepsi dapat dihindarkan dengan beberapa cara salah satunya dengan mengkaji lebih lanjut atau konfirmasi ulang apabila informasi yang diterima kurang jelas atau masih membingungkan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menghadapi situasi di mana apa yang kita pahami tidak sesuai dengan kenyataan. Kita merasa sudah menangkap maksud orang lain, padahal ternyata keliru. Atau kita merasa sikap seseorang tidak menyenangkan, padahal niatnya baik, ini disebut dengan mispersepsi atau misperception. Walaupun terdengar sama dengan miskonsepsi, nyatanya keduanya adalah berbeda. Mispersepsi yaitu kesalahan dalam menafsirkan situasi atau sinyal, sedangkan miskonsepsi yaitu kesalahan dalam memahami konsep atau ilmu. Singkatnya, miskonsepsi lebih terkait dengan kesalahan dalam konsep, sedangkan mispersepsi berkaitan dengan penafsiran situasi atau realitas yang sedang berlangsung.

Mispersepsi dapat terjadi salah satunya karena kurangnya informasi yang akurat, pengaruh asumsi pribadi atau budaya local dan komunikasi yang tidak jelas antar pihak. Contohnya ketika kita melihat teman yang berlalu begitu saja tanpa menyapa atau melihat, kita pasti akan berasumsi bahwa teman tersebut marah atau sengaja tidak menyapa. Padahal faktanya bisa saja teman tersebut sedang terburu buru hingga tidak sempat menyapa atau dalam keadaan yang tidak baik baik saja. Dampak dari miskonsepsi ini menyebabkan kesalah pahaman dan konflik, rusaknya hubungan personal atau tumbuhnya rasa tidak percaya terhadap orang lain.

Langkah dalam mengatasi miskonsepsi dan mispersepsi yaitu mengakui bahwa kesalahan itu mungkin terjadi. Setelah itu, diperlukan komunikasi yang terbuka, edukasi yang berkelanjutan, konfirmasi ulang yang melibatkan semua pihak. Penting juga untuk membedakan antara persepsi pribadi dan fakta objektif. Persepsi bisa bersifat emosional dan subjektif, sementara fakta membutuhkan pembuktian logis dan data. Miskonsepsi dan mispersepsi adalah dua hal yang sering kali menjadi akar dari konflik dan kegagalan  dalam berkomunikasi. Kedua hal ini bisa muncul bahkan sejak tahap awal perencanaan. Oleh karena itu, upaya meluruskan pemahaman sejak awal menjadi langkah penting dalam memastikan keberhasilan komunikasi dan pelaksanaan suatu gagasan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun