Mohon tunggu...
Ki Ali
Ki Ali Mohon Tunggu... wiraswasta -

percayalah, jangan terlalu percaya. apalagi kepada saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Kampung Kami Para Petani Adalah Para Perkasa

30 November 2010   05:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

di kampung kami para petani adalah para perkasa. mereka paham betul bagaimana panasnya terik matahari dan juga sehitam apa gelapnya malam ketika rembulan tak mengunjungi langit di atas pohon-pohon kelapa. bekerja sepanjang siang yang memanjang dari pagi hingga sore dengan lembayung senja menghampar di ujung-ujung sawah-sawah di batas desa, para petani adalah penjaga-penjaga harapan bahwa hari esok juga tak perlu terlalu dicemaskan. para petani, dengan cangkul dan lumpur-lumpur yang menempel di kaki mereka, adalah sejarah yang terus mendongengkan napasnya ketika tidur di malam yang berhujan, adalah para ayah yang merelakan anak-anaknya --beberapa dari kami yang muda-- lebih akrab dengan bis antar kota antar propinsi yang riuh dengan cerita tentang gemilangnya pijar lampu-lampu di kota-kota yang jauh, yang konon sudah lupa dengan gelap hitamnya malam.

sawah-sawah kami membentang dari sungai berbatu di timur desa, memanjang naik hingga ke kaki hutan-hutan pinus di utara, melandai turun hingga rel kereta api di selatan, menghampar mengelilingi kampung hingga kebun-kebun salak milik petani desa sebelah. sebuah jalan aspal desa yang berlobang dan gerimpil membelah pemukiman, mengular dari bawah naik hingga ke batas hutan (kata orang jalan aspal itulah yang menjadikan beberapa dari kami yang muda mengenal kota dan akhirnya mengimpikan kota yang lebih jauh). sawah-sawah kami tidaklah datar, ia miring berundak-undak, hingga air dari hulu sungai di batas timur desa sunguh-sungguh akrab dengan tanah lumpur sawah-sawah kami: air sungai itu merambahi petak tertinggi dan terus turun ke bawah hingga mencapai petak terluar dan terendah sawah-sawah kami. ketika musim kemarau tiba, sungai kami yang bersumber dari air terjun di hutan yang meski memang tak rimbun tetaplah penuh dengan ruah air yang memercik-mercik saat menyentuhi batu-batu cadas yang bergumpal-gumpal di sungai di batas timur desa.

petani di kampung kami bukanlah kaum kaya yang berlimpah dengan padi-padi yang menumpuk berjejal di rumah-rumah kami yang tua. setiap musim petik tiba, padi yang kami panen adalah barang dagangan yang pastilah lekas laku dan bertukar uang untuk kemudian menjadi bekal anak-anak belajar di sekolah-sekolah --yang konon akan membuat mereka bernasib lebih baik dari kami-- di kota-kota yang dekat. sedikit mereka menyimpan sisa, cukuplah untuk bekal bersawah sampai musim petik berikutnya. tak ada kemewahan lebih, televisi dan kegembiraan anak-anak bersekolah seolah cukup untuk menghibur diri. bersama angin yang menghembuskan musim dan sungai yang terus mengalir di bawah rimbunan daun yang hijau,para petani di kampung kami tetaplah perkasa seperti moyang mereka dulu semasa dunia adalah seluas batas pandangan yang mampu terjejaki. kini, ketika kemewahan hidup bertukar wujud dengan hiruk-pikuk kesenangan yang bahkan tak perlu benar, ketika anak-anak lebih asik bermain handphone ketimbang berlarian sepanjang pematang sawah, ketika sepeda motor lebih mengkilap dari mata arit yang tajam, petani di kampung kami tetaplah perkasa.

***

tulisan ini sudah di-posting berkali-kali dan bernasib buruk hingga banyak baris-baris yang hilang. jika utuh tiga alinea berarti tulisan pendek yang bukan puisi bukan pula prosa ini selamat sampai tujuan. bingung harus ditaruh di rubrik apa, jadi terpaksa milih rubrik sosbud.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun