Mohon tunggu...
Khusnul Khofifah
Khusnul Khofifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, FIS UNJ

Jakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penjara di Rumah Sendiri

30 Agustus 2020   11:38 Diperbarui: 30 Agustus 2020   11:54 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Khusnul Khofifah


Tempat berkumpulnya para napi (nara pidana) ialah penjara. Banyak tipe kasus yang didalamnya punya skandal masing-masing untuk bebas atau malah harus tertahan sampai akhir hayatnya. Kehidupan berjalan tak tentu, padahal waktu terus menentu. Kehidupan hampa, kosong dan yang ada hanyalah dinding semata. 

Kecuali penjaranya para pejabat negara yang mewah. Bicara akan hal itu, intinya adalah realisasi kehidupan ini tak dapat ditentukan ketika otak kita tak berjalan. Artinya, tak berpikir sama sekali untuk melakukan sesuatu. Sama halnya seperti waktu, mesinnya terus bekerja tapi penggunanya tak melakukan apapun. Penjara memang tempat yang sunyi, kalaupun kita ingin berimajinasi itu hanya ada dalam bayang tapi tak nyata.

Penjara merupakan tempat nya para narapidana yang tersangkut kasus ringan sampai berat. Begitu pula rumah, tempat berkumpulnya orang-orang yang didalamnya terdapat kisah kasih. Kisah kasih didalamnya hampir sama dengan penjara. Hanya berbeda ruang dan waktu atau kaitannya dengan rohaniyah kita. 

Hal tersebut bisa terjadi dirumah kita sendiri, tanpa disadari kebanyakan orang mengalaminya.  Adapun, penjara dirumah sendiri ada ketika kita merasa jenuh, gelisah, tersiksa, terkekang oleh sifat, sikap, keadaan dan diri kita sendiri. Harus ada rasa sabar yang besar dan tekad yang kuat untuk bisa memulihkan rasa itu. 

Menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Bisa terjadi di penjara tempat rumah kita sendiri. Perlunya kepedulian dan kasih sayang sudah lumrah namun nyatanya tak berarti. Karena rasa egois dalam diri belum mampu untuk tunduk dan besar hati memberikan makna keindahan.

Kendala tersalurnya cita-cita keharmonisan didalam rumah dapat runtuh oleh keegoisan dan makna kebersamaan akan pudar ketika rasa itu menghantui pikiran. Tetapi, anehnya dengan 1 kebaikan saja terkadang 1 masalah hilang. Entah itu pemberian, kepekaan, maupun kerendahan hati yang sudah kuat dan mampu untuk mengalah. 

Kuncinya hanya 1 yaitu Ketinggian hati untuk memaafkan. Sunguh kata yang sederhana namun sangat berat ketika keegoisan selalu melekat dalam pikiran. Itulah bedanya penjara dirumah sendiri dengan penjara diluar sana. Yang satu dapat diatasi dengan keridhoan hati dan yang satunya lagi dapat diatasi dengan kesabaran waktu dengan skandal hukum nasional yang berlaku. Keduanya berbahaya, punya efek jera dan sedikit menyusahkan. Namun, tetap pada kuncinya jika ingin bebas yaitu harus ada keridhoan hati.

Note :

- Efek di Rumah aja tanpa produktifitas, Aktifitas dan Kepekaan lingkungan di dalam Rumah

- Stay healthy and keep productivity

- Jangan Lupa Bahagia dan Bersyukur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun