Operasional kantor punya jam terbatas, tetapi agen-agen pegadaian jadi garda terdepan yang dinamis seiring kebutuhan warga dan tak letik bersama pegadaian mengEMASkan Indonesia
RUMAH sederhana di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu itu jauh dari definisi sebagai “kantor”. Namun pemiliknya, Eli Juniroh, tak kalah sibuknya melayani “nasabah”.
Urusan para warga yang bertandang, tak ubah kantor resmi PT Pegadaian (Persero) yang mentereng. Eli melayani mereka seorang diri, memberi solusi bagi problem yang mereka bawa.
Di rumah Eli, tatkala persoalan ekonomi sedang mengimpit ketat, mereka menggadaikan emas untuk memeroleh jalan keluar tanpa ribet untuk mengatasi beragam kebutuhan mendesak.
Kebutuhan mendesak untuk biaya harian, misalnya, menemukan jalan keluarnya. Modal untuk membeli pupuk bagi sawah di musim tanam, contohnya, mendapatkan solusinya.
Dengan sabar dan telaten, dia melayani beberapa hingga belasan orang pada setiap harinya. Maka, Eli pun mendapat ganjaran indah dalam berkarya bagi kebutuhan hidupnya sendiri.
Sekilas Pegadaian: Kisah dari Sukabumi
Bergeser dari Indramayu, sekitar lima jam bila melaju dengan mobil melewati jalan Tol Cisumdawu ke arah barat daya, kita akan menyongsong kawasan bernama Sukabumi.
Di Sukabumi inilah kisah bermula (1901) bagi PT Pegadaian dalam menempuh perjalanan selama lebih dari 124 tahun, yang kini berkibar dengan semangat bersama mengEMASkan Indonesia.
Momen cikal bakalnya bisa merujuk pada tahun 1746 ketika VOC mendirikan Bank Van Leening sebagai lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai.