Saya mengenal keberadaan serta konsep Desa Wisata agak belakangan. Ini berkenaan dengan kesempatan saya untuk bergabung dalam tim digital bentukan (kala itu) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) era menteri Arief Yahya.
Salah satu area eksplorasi kami adalah mengamplifikasi atau memviralkan kegiatan di Desa Wisata. Dalam beberapa kesempatan saya merasa berbahagia turut serta dalam program pelatihan dasar Internet Marketing.
Desa Wisata Vs Wisata Desa
Desa Wisata, yang kerap juga disebut Deswi, berbeda dengan Wisata Desa. Dalam pengertian dasar, Wisata Desa berarti kegiatan yang dilakukan di sebuah lokasi, dalam hal ini desa. Desa di sini sekadar tempat kegiatan. Setelah usai, selesailah aktivitas di sana.
Sementara Desa Wisata adalah keberadaan sebuah desa atau bagian dari desa. Masyarakat setempat mengonsolidasikan segala potensi khas wilayahnya. Ada yang berbasis pantai, gunung, atau keunikan alam.
Untuk menjadi Desa Wisata, masyarakat berproses membangun ekosistem. Sebagai misal, mengonsep atraksi berbasis seni dan budaya lokal, membangun ketersediaan akomodasi yang umumnya berupa homestay.
Desa Wisata dan Potensi Penggerak Ekonomi Nasional
Desa Wisata berperan krusial dalam menggerakkan perekonomian desa. Hal ini sejalan dengan tren atau lanskap turisme global. Dalam bahasa lugas, bisa dinarasikan bahwa turis asing terpikat pada model wisata yang menyajikan kekhasan budaya lokal.
Ini beriringan dengan bergesernya pemaknaan atas pariwisata. Berwisata bukan sekadar pelesir, piknik, atau bertamasya. Penekanan pariwisata bergeser menjadi "perjalanan untuk mendapatkan pengalaman". Maka, wilayah-wilayah yang unik dan khas menjadi eksotik untuk dijelajahi.
Itu sebabnya Desa Wisata bisa menjadi penggerak atau kebangkitan perekonomian Indonesia. Hal ini turut diyakini Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi. Sebagai misal, Kemendes PDTT menyelenggarakan pelatihan virtual tour bagi pelaku Desa Wisata.