Anak mulai belajar bersosialisasi secara luas dan mengembangkan kepribadian dan karakter yang membuatnya menjadi pribadi yang khas dan utuh. Namun, teras depan bertajuk “hari pertama sekolah” harus mampu dilalui dengan baik.
Pernahkah kita menyadari dalam rentang hidupnya yang tampak rentan, anak harus melalui krisis hidup yang signifikan baginya. Kehadirannya di dunia dari ruang rahim yang nyaman, adalah krisis pertama yang harus dilaluinya. Dan perpisahan dengan orangtua gara-gara harus menunaikan apa yang dinamakan “bersekolah”, adalah krisis lain yang menyongsong hidupnya. Itulah sebabnya kehadiran orangtua mendampingi anak di usia belia sangatlah signifikan. Dalam aktivitasnya selama jam sekolah, anak akan terus mencari penyangga hidupnya melalui ekor mata.
Anies Baswedan menyatakan dengan lugas bahwa “kehadiran orangtua menemani si anak mengirimkan pesan yang jelas bagi anaknya bahwa orangtuanya mempercayakan kepada sekolah itu untuk mendidik anak-anaknya.”
Bagi orangtua, kehadirannya di sekolah bukanlah sekadar penanda adanya perhatian. Momentum ini akan menjadi “emas” apabila ia dimanfaatkan untuk menjalin relasi dengan pihak sekolah dan sesama orangtua, serta melakukan pengcandraan (mapping) atas sosok anak di antara anak-anak lainnya. Ini menjadi penting karena, pertama, sistem angka dalam rapor tidaklah mudah dibaca oleh orangtua.
Dibutuhkan interaksi lebih dari sekadar nilai yang tertera, baik dengan walikelas atau guru-guru lainnya. Kedua, orangtua akan berperan menjadi mak comblang dalam kadar tertentu bagi anak dalam berelasi dengan teman-teman lainnya.
Demikian pula sekolah, akan semakin menyadari bahwa institusi pendidikan ini bukanlah bengkel dan setiap anak tidak bernilai “uang sekolah yang dibayarkan”. Melainkan individu yang berbeda sehingga setiap anak adalah unik dan patut dilayani secara pribadi. Komunikasi yang terbuka dengan orangtua akan menjadi jembatan untuk bersama-sama menyertai si anak dalam menempuh perjalanannya di dunia pendidikan.
Itulah dinamika makna “mengantar anak di hari pertama sekolah” dalam uraian ringkas. Selayaknya menjadi momentum untuk dirayakan, alih-alih menjadi beban.