Mohon tunggu...
Khotimah Husnul
Khotimah Husnul Mohon Tunggu... -

Pencari dinousourus yang masih hidup

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menghadapi Sidang Skripsi dengan Kartu Indonesia Sehat

22 Desember 2018   23:31 Diperbarui: 23 Desember 2018   01:14 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cr from: https://merahputih.com

Tingkat akhir memang menjadi momok tersendiri bagi anak muda yang menyandang gelar "Mahasiswa". Pintu gerbang dunia nyata sudah terlihat, namun belum tuntas tanggung jawab sebelum menyelesaikan Skripsi.

Ketakutan dan keraguan untuk terus berjalan mendekat pintu gerbang "dunia nyata" mulai dirasakan. Bukan Mahasiswa namanya kalau hanya larut pada ketakutan tersebut. Mahasiswa sudah terlatih untuk mandiri dan lihai memutuskan sesuatu. Seperti memutuskan ingin makan malam lalapan ayam atau lalapan tahu tempe. Mereka dididik untuk menjadi anak muda anti "baper". Memilih mengerjakan tugas kampus daripada duduk di Balkon menatap hujan turun, meratapi ke-jombloan.

Para Mahasiswa tahu, fase kehidupan setelah mengenakan jas almamater akan jauh lebih berat dan keras. Bagi perusahan ilmu yang mereka dapatkan tak ubahnya dari seorang anak SD yang bisa baca tulis. Dunia kerja hanya butuh mentalitas mereka. Mau terus belajar dan tak gampang menyerah.

Mereka yang mengkhawatirkan dunia kerja namun memiliki mental yang kuat, maka memutuskan untuk tak berhenti mencari pengalaman singkat. Menjadi volunter, mendirikan yayasan, atau menjadi anak magang sambil sibuk mengerjakan skripsi. Saya termasuk yang terakhir.

Disibukkan dengan rutinitas dunia kerja, 8 jam berada di depan komputer selama 5 hari dalam satu minggu. Setiap malam sepulang dari kerja magang, wajib untuk menghabiskan malam mengerjakan skripsi.

Sabtu-Minggu sudah menjadi kegiatan rutin untuk pergi ke perpustakaan, mencari refrensi. Sambil meningkatkan kualitas diri untuk melangkah ke dunia kerja juga sambil menuntaskan kewajiban sebagai Mahasiswa. Berenang sambil minum air. Itu tidak mudah tapi bukan hal yang mustahil. Sampai tak terasa jadwal sidang kurang 2 minggu lagi. Drama pun dimulai.

Entah kenapa tiba-tiba ada gigi yang muncul  di ujung rahang. Mendesak gigi disampingnya, membuat gusi menjadi bengkak. Harus ke dokter! Layaknya Mahasiswa tingkat akhir lainnya. Uang bulanan habis untuk proses pengerjaan Skripsi. Uang dari kerja magang? Digunakan untuk membayar kosan. Kesombongan seorang anak yang baru mendapat gaji, mengatakan kepada orang tua tidak perlu mengirim uang pembayaran kos. Alhasil Cuma memiliki recehan di saku celana.

Berbagai macam obat di warung telah diminum. Namanya sakit gigi solusi paling utama adalah mengusir gigi yang bermasalah. Harus dicabut. Itu berarti harus ke dokter gigi, bukan ke tukang pijat urat!. Mau bilang ke orang tua sudah terlanjung sombong. Malu euy. Tak bilang, sudah tak tahan dengan sakitnya. Nah, satu lagi  yang dilatih selama jadi Mahasiswa adalah mencari gratisan. Terbiasa mencari takjil gratis atau antri di tempat makan yang sedang memberikan promo 100 piring gratis. Berbanggalah kalian, para Mahasiswa yang sudah terbiasa akan hal tersebut. Berobat gratis! Itulah yang ada dalam pikiran saya waktu itu.

Singkat cerita dari sekian pilihan berobat gratis yang ada. Paling masuk akal dan aman adalah memanfaatkan Kartu Indonesia Sehat yang pernah diurus 2 tahun kemarin. Program Jaminan Kesehatan Nasional -- Kartu Indonesia Sehat (JKN -- KIS) yang diselanggarakan oleh BPJS telah bekerjasama dengan kurang lebih 26.337 Fasilitas Kesehatan baik itu fasilitas Kesehatan Tingkat Peratama (Puskesmas, Klinik Pratama, Dokter Praktek Perorangan. dll). Proses mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) tidak serumit mendapatkan Acc dari dosen pembimbing kok. Berikut Prosedur mendapatkan Kartu BPJS  PBI (Peserta Bantuan Iuran) KIS:

  • Membawa KTP dan KK
  • Membawa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Desa atau Kelurahan dengan pengantar dari RT/RW
  • Pergi ke puskesmas untuk meminta surat pengantar Pendaftaran BPJS sebagai peserta PBI yang nanti akan mendapatkan kartu KIS
  • Pergi ke kantor BPJS kesehatan untuk menyerahkan berkas-berkas beriikut
  • Pendaftaran tidak lama, dan langsung mendapatkan KIS.

Menujulah saya ke Puskesmas terdekat dengan membawa Kartu Indonesia Sehat (KIS)  tersebut. Sakti sekali!.  Tinggal menyodorkan KIS dan KTP. Melakukan adminitrasi yang singkat, menunnggu dan menuju ke ruangan yang dipersilahkan.

Tak usah khawatir karena menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) failitas yang diberikan jadi berbeda. Sama saja kok, dokternya memakai peralatan medis bukan peralatan bangunan untuk mencabut gigi. Dokternya masih menggunakan sarung tangan dan masker. Tidak lantas mengobati dengan tangan habis makan lalapan lele. Tenang saja, fasilitas yang diberikan pemerintah untuk pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) masih yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun