Ouwehand mungkin hanya satu orang legislator dengan blouse sederhana. Tetapi tindakannya membuktikan bahwa simbol kecil bisa memiliki gema politik besar. Ia mengingatkan kita bahwa dalam politik, yang diperdebatkan bukan hanya isi pidato atau angka anggaran, melainkan juga detail kultural yang membentuk imajinasi kolektif.
Politik tidak hanya hidup di teks hukum dan kebijakan, tetapi juga dalam tanda, warna, dan motif yang kita pilih untuk tampil di ruang publik.Dalam konteks ini, semangka bukan sekadar buah. Ia adalah bahasa. Dan melalui bahasa simbolik itu, Ouwehand berhasil mengubah momen tekanan menjadi panggung perlawanan yang elegan.
Ia juga menunjukkan bahwa kreativitas politik tidak selalu lahir dari podium berapi-api, melainkan bisa muncul dari keberanian mengenakan busana yang penuh makna.
Jika politik adalah seni mengelola makna, maka peristiwa ini adalah buktinya. Di balik motif semangka, ada pesan universal: solidaritas, keberanian, dan penolakan terhadap ketidakadilan. Dari Amsterdam, gema itu kembali mengingatkan kita bahwa simbol kecil pun bisa mengguncang ruang besar bernama parlemen.**Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI