Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

'Tantiem': Eufimismi untuk Bonur Miliaran Rupiah

17 Agustus 2025   17:35 Diperbarui: 17 Agustus 2025   17:35 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ironi Tantiem Komisaris BUMN, Kerja Minim, Penghasilan Puluhan Miliar 


Apakah Anda tahu arti kata  'tantiem?' Jika tidak, jangan risau. Bahkan Presiden Prabowo Subianto pun mengaku tak tahu. Dalam pidato kenegaraan Sidang Tahunan MPR, 15 Agustus 2025, ia blak-blakan: "Saya pun tidak mengerti apa arti tantiemnitu. Itu akal-akalan mereka saja. Dia memilih istilah asing supaya kita tidak mengerti apa itu 'tantiem'."  Pernyataan Prabowo mengguncang publik. Sebab, jika presiden saja tidak tahu arti tantiem, bagaimana dengan rakyat kebanyakan?

Kata asing yang terdengar mewah itu rupanya sekadar bonus atau bagi hasil laba bagi direksi dan komisaris BUMN. Bedanya, "bonus" mudah dipahami rakyat, sementara tantiem terdengar elitis, asing, dan karenanya sulit dipertanyakan.

Bahasa yang Mengaburkan

Dalam linguistik, strategi semacam ini disebut eufemisme dan obfuscation. Eufemisme adalah memilih kata yang halus atau keren untuk menutupi makna yang sebenarnya lebih kasar. 'Obfuscation' berarti pengaburan makna---membuat sesuatu tampak rumit supaya publik malas membongkar.  Dengan kata lain, 'tantiem' adalah jurus klasik: menyulap bonus miliaran rupiah menjadi istilah asing yang terdengar profesional. Sehingga, ketika direksi BUMN mengantongi uang ratusan miliar, berita itu tidak seketika memicu amarah publik.

Bahasa, dalam Analisis Wacana Kritis, adalah tirai kekuasaan. Ia bisa dipakai untuk menyampaikan kebenaran, tetapi juga untuk menyembunyikannya.  Kata asing memberi jarak antara elite dan rakyat, menciptakan dunia eksklusif yang sulit ditembus.

Topeng Kata Asing

Fenomena 'tantiem' bukan satu-satunya. Kita sudah kenyang dengan istilah asing yang berfungsi sebagai topeng: Golden handshake: pesangon jumbo bagi pejabat yang mundur, terdengar manis padahal sering tak adil.

Bailout: dana talangan triliunan untuk bank bermasalah; lebih ringan terdengar daripada "uang rakyat dipakai menutup salah urus."

Privatisasi: kata ekonomis untuk "menjual aset negara ke swasta.". Kemudian Reshuffle cabinet: lebih keren daripada "ganti menteri.".

Semua istilah ini bekerja sama: memperhalus, mengaburkan, bahkan mengelabui.

Apa yang Dipertaruhkan?

Pertama, transparansi publik. Jika istilah asing dipakai untuk membungkus angka-angka fantastis, akuntabilitas jadi kabur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun