Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersikap Wajar pada Takjil War

7 Maret 2025   23:00 Diperbarui: 7 Maret 2025   22:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.antaranews.com/berita/4023183/takjil-war-berkah-ramadhan-tapi-hati-hati-jangan-berlebihan

Bulan Ramadan selalu menghadirkan berbagai tradisi unik yang menjadi bagian dari euforia umat Muslim dalam menjalankan ibadah puasa. Salah satu fenomena yang semakin populer beberapa tahun terakhir adalah  takjil war. Istilah ini mengacu pada kompetisi tidak resmi dalam berburu takjil gratis yang disediakan oleh berbagai pihak, seperti masjid, komunitas, hingga restoran dan individu dermawan. Namun, seiring dengan maraknya fenomena ini, muncul pula berbagai perdebatan tentang etika dan keadilan dalam menyikapinya.

Berburu takjil gratis memang sah-sah saja, terutama bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. Bantuan ini tentu sangat bermanfaat bagi masyarakat kecil, seperti pekerja harian, anak kos dengan anggaran terbatas, hingga mereka yang sedang dalam perjalanan jauh. Namun, ada pula sebagian orang yang justru melihat  takjil war  sebagai ajang mengumpulkan makanan sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan siapa yang lebih membutuhkan.

Fenomena ini kadang menimbulkan ketimpangan. Ada yang datang lebih awal dan mengambil lebih banyak dari yang seharusnya, sementara orang lain yang benar-benar membutuhkan malah tidak kebagian. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran untuk bersikap adil dan tidak semata-mata mementingkan diri sendiri dalam berburu takjil gratis.

Salah satu sikap yang perlu dihindari dalam takjil war adalah sifat rakus. Ada sebagian orang yang dengan sengaja mengantre di beberapa titik pembagian takjil hanya untuk mengumpulkan makanan sebanyak mungkin, tanpa memikirkan orang lain. Sikap seperti ini bertentangan dengan semangat Ramadan yang menekankan nilai berbagi, keikhlasan, dan kepedulian sosial.

Bersikap adil dalam menyikapi takjil war berarti memahami batas kebutuhan diri sendiri dan tidak mengambil hak orang lain. Jika memang mampu membeli makanan sendiri, sebaiknya memberikan kesempatan bagi mereka yang lebih membutuhkan. Lagipula, Ramadan adalah waktu yang tepat untuk melatih diri dalam mengendalikan hawa nafsu, termasuk dalam hal makanan.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita memiliki tanggung jawab moral untuk membantu mereka yang membutuhkan. Alih-alih hanya berfokus pada menerima, Ramadan juga mengajarkan pentingnya berbagi. Jika mampu, kita bisa ikut serta dalam kegiatan berbagi takjil, baik dengan berdonasi maupun secara langsung membagikan makanan kepada mereka yang membutuhkan.

Selain itu, jika melihat ada individu atau kelompok yang tampak mengambil takjil dalam jumlah berlebihan, tidak ada salahnya untuk mengingatkan dengan cara yang santun. Mengedukasi orang lain tentang pentingnya berbagi bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar dalam menjaga keadilan dalam fenomena  takjil war.

Takjil war  adalah tradisi yang mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian di bulan Ramadan. Namun, agar fenomena ini tetap membawa manfaat bagi semua, penting bagi kita untuk bersikap adil dalam menyikapinya. Menghindari sikap rakus, memahami batas kebutuhan, serta ikut serta dalam berbagi merupakan langkah-langkah yang bisa dilakukan agar tradisi ini tetap bermakna. Dengan demikian, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang memperkuat solidaritas dan keadilan sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun