Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Doa yang "Memaksa"

16 Mei 2024   13:54 Diperbarui: 16 Mei 2024   13:58 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isi Doa Ketua DPP PAN Supaya Jatah Menteri Partainya Lebih Banyak dari Perkiraan (kompas.com) 

Pada tahun 2008 sineas Hanung Bramantyo menyutradarai film dengan judul "Doa yang Mengancam". Film tersebut  dibintangi oleh Aming, Titi Kamal, dan Ramzi.  Secara singkat, sinopsis film tersebut sebagai  berikut: Madrim, seorang kuli angkut pasar yang terlilit hutang dan ditinggal istrinya, merasa putus asa dengan nasibnya yang sial. Temannya, Kadir, menyarankannya untuk lebih rajin mengerjakan sholat agar mendapat keberuntungan. Meskipun Madrim mengikuti saran tersebut, nasibnya tidak berubah. Saat merasa putus asa, Madrim mengancam Tuhan bahwa jika doanya tidak dikabulkan dalam tiga hari, ia akan menyembah setan.

Saat berada di padang ilalang, Madrim tersambar petir dan jatuh koma. Setelah bangun dari koma, Madrim mendapatkan kemampuan aneh untuk mengetahui keberadaan seseorang hanya dari melihat fotonya. Hal ini dimanfaatkan oleh seorang buronan kaya bernama Tantra, yang merekrut Madrim dengan iming-iming uang untuk mencari orang-orang tertentu. Film ini menggambarkan bagaimana perubahan drastis dalam kehidupan seseorang dapat mempengaruhi jalan hidupnya dan membawa konsekuensi yang tak terduga.

Pada Kamis, 9 Mei 2024 dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) PAN di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan,  lewat layer televisi kita disuguhi totonan doa politik yang "memaksa" (secara halus) yang disampaikan oleh Saleh Partaonan Daulay.  Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) di DPR RI tersebut , menyampaikan doa agar PAN diberikan jatah Menteri lebih banyak lagi oleh Prabowo Subianto, yang telah ditetapkan KPU sebagai presiden RI terpilih dalam Pilpres 2024.

Cuplikan redaksi doa Saleh Daulay antara lain sebagai berikut: "Ya Allah, Ya Tuhan kami, kami juga meyakini dan mempercayai bahwa Bapak Prabowo Subianto sangat mencintai PAN. Untuk itu, Ya Allah, bukakanlah pintu hati Bapak Prabowo Subianto agar tetap teguh berkomitmen berjuang bersama dengan Ketua Umum yang kami cintai Zulkifli Hasan. Ya Allah, kami meyakini bahwa Bapak Prabowo Subianto sudah merencanakan akan memberikan beberapa posisi bagi kader-kader terbaik PAN di kabinet mendatang. Sebagai insan yang beriman, tentu hal itu sangat kami syukuri. Namun demikian, kami tentu akan lebih berterima kasih dan bersyukur lagi andai kata amanah yang diberikan kepada kami bisa "lebih banyak" dari apa yang kami perkirakan selama ini."

Tulisan singkat  ini akan mencoba membedah teks doa Saleh Partaonan Daulay di atas  berdasarkan tiga pendekatan linguistik, yakni Linguistik Kognitif, Pragmatik, serta Analisis Wacana Kritis.  Begitu juga terhadap respon Prabowo Subianto terhadap doa PAN tersebut.  Selanjutnya akan dilihat keterhubungannya dengan isi film "Doa yang Terancam" karya Hanung Bramantyo.  


Jika dianaisis berdasarkan pendekatan Linguistik Kognitif, makna konseptual dari doa politik Saleh Daulay mencerminkan penggunaan bahasa untuk merepresentasikan keyakinan, harapan, dan tujuan politik PAN. Penggunaan frasa seperti "bukakanlah pintu hati Bapak Prabowo Subianto agar tetap teguh berkomitmen berjuang bersama dengan Ketua Umum yang kami cintai Zulkifli Hasan" mencerminkan konsep metaforis tentang pembukaan hati sebagai simbol komitmen politik yang mendalam. Selain itu, doa  Saleh Partaonan Daulay juga menggambarkan konsep kognitif tentang kekuasaan dan otoritas politik, di mana doa dianggap sebagai alat untuk memengaruhi dan memperoleh keuntungan politik dalam bentuk posisi jabatan Menteri dalam kabinet yang akan dibentuk Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Dari Pendekatan Pragmatik, pernyataan Saleh Daulay mengandung makna implisit yang mungkin berbeda dari makna literalnya. Misalnya, penggunaan doa sebagai alat untuk menyampaikan harapan politik bisa dianggap sebagai tindakan pragmatis untuk mempengaruhi orang-orang yang mendengarkan doa tersebut, wabilkhusus Prabowo Subianto. Karena penggunaan bahasa dalam konteks politik memiliki efek sosial yang signifikan, maka  pernyataan-pernyataan dari doa yang disampaikan oleh  Saleh Daulay diharapkan akan dapat memengaruhi opini publik, memperkuat identitas partai, atau yang utamanya memengaruhi keputusan politik orang yang disasar, yakni Prabowo Subianto.

Selanjutnya, berdasarkan Analisis Wacana Kritis, doa politik Saleh Daulay mencerminkan dinamika kekuasaan dalam struktur politik Indonesia saat ini. Penggunaan doa untuk meminta jatah menteri mencerminkan keinginan untuk memperoleh posisi dan kekuatan politik dalam pemerintahan yang akan datang yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto. Selain itu ideologi yang terkandung dalam doa  Saleh Daulay terkandung maksud menciptakan narasi ideologis tentang kepentingan PAN sebagai partai politik, dominasi serta legitimasinya  dalam pemerintahan yang akan dinahkodai Prabowo Subianto.

Prabowo Subianto  yang juga hadir dalam Rakornas PAN tersebut memberikan respon sebagai berikut: "Saudara Saleh Daulay yang tadi memimpin doa, doa politik yang kreatif sekali itu, kalau orang Medan bilang 'Masuk itu barang',". Jika dikaji berdasarkan tiga pendekatan lingistik juga,  hasil analisisnya sebagai berikut: Prabowo Subianto menggunakan bahasa metaforis. Frasa "doa politik yang kreatif"  dapat diinterpretasikan sebagai jurus meminta jatah yang terselubung. Sedangkan konsep "masuk itu barang" dari orang Medan dapat diinterpretasikan sebagai sindiran yang halus namun tajam terhadap doa politik yang diucapkan oleh Saleh Daulay. Hal ini bisa dipahami mencerminkan pemahaman kognitif tentang kata-kata dan makna budaya yang terkandung di dalamnya.

Respon Prabowo Subianto juga mengandung makna pragmatis yang menunjukkan interaksi sosial dan politik yang terjadi. Ungkapan tersebut dapat dianggap sebagai respons terhadap upaya mempengaruhi secara politis melalui doa. Dalam responya Prabowo Subianto mencoba menggunakan bahasa untuk menciptakan efek sosial yang berbeda dalam konteks politik. Ungkapan tersebut dapat memengaruhi persepsi pendengar terhadap doa politik dan taktik politik Saleh Daulay. Kalimat 'Masuk itu barang' bisa dimaknai usulan PAN bisa dipertimbangkan oleh Prabowo Subianto. Jadi masih bersifat opsional. Karena dalam dunia politik perubahan bersifat dinamis, bahkan berubah-ubah.  Respon Prabowo juga mengungkapkan dinamika kekuasaan dan ideologi dalam wacana politik. Sindiran halusnya menyoroti upaya politik PAN yang dianggap kreatif atau bisa jadi manipulatif, mencerminkan perlawanan terhadap upaya pengaruh politik yang terlalu eksplisit. Respon Prabowo Subianto dapat dipahami sebagai reaksi yang kompleks terhadap upaya politik yang diwakili oleh doa politik Saleh Daulay. Ini memperkuat pemahaman tentang penggunaan bahasa dalam konteks politik dan implikasinya dalam dinamika kekuasaan dan struktur sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun