Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Korupsi pada Perempuan

21 April 2024   06:22 Diperbarui: 21 April 2024   06:22 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan dalam Lingkaran Korupsi | BaKTINews 

Korupsi bukan hanya sekadar masalah legal atau ekonomi; dampaknya meluas ke berbagai aspek kehidupan, dengan konsekuensi khusus yang dialami oleh perempuan. Menurut UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) korupsi mempengaruhi perempuan secara langsung dan tidak langsung, menciptakan lingkungan yang tidak merata dan tidak adil bagi mereka.

Menurut Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkotika dan Kejahatan tersebut salah satu dampak langsung korupsi bagi perempuan adalah kehilangan akses terhadap layanan penting seperti kesehatan dan pendidikan. Tekanan sosial dan ekonomi sering membuat perempuan menjadi korban utama dalam praktik suap. Mereka sering kali tidak memiliki kekuatan finansial atau kekuasaan untuk menolak permintaan suap, yang pada gilirannya mengakibatkan mereka kehilangan akses ke layanan yang sangat diperlukan.

Dampak lanjutan dari hal ini adalah perempuan terjebak dalam pertukaran layanan seksual. Dalam lingkungan yang korup, perempuan sering kali harus "membayar" dengan tubuh mereka untuk mendapatkan layanan dasar seperti kesehatan atau bantuan sosial. Praktik ini, yang dikenal sebagai korupsi seksual, menghancurkan martabat dan hak asasi perempuan.

Lebih lanjut lagi, korupsi memperlemah perlindungan hukum bagi perempuan. Sistem hukum yang terkompromi sering kali tidak memberikan perlindungan yang memadai bagi perempuan yang menjadi korban, dan bahkan mungkin memaksa mereka untuk melakukan korupsi seksual agar laporan mereka diterima. Dalam situasi ekstrim, perempuan juga dapat mengalami pelanggaran hak asasi manusia seperti pemerkosaan, kekerasan fisik, dan perdagangan manusia.

Dampak tidak langsung dari korupsi juga merugikan perempuan secara signifikan. Korupsi melemahkan pertumbuhan ekonomi dan memperpanjang siklus kemiskinan, dengan perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak. Peluang kerja dan akses ke layanan keuangan sering kali lebih terbatas bagi perempuan, memperdalam kesenjangan gender dalam akses terhadap sumber daya ekonomi.

Selain itu, perempuan cenderung lebih bergantung pada layanan publik yang rentan terhadap korupsi. Ketergantungan ini menciptakan lingkungan di mana perempuan tidak memiliki pilihan selain bergantung pada sistem yang korup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Dalam politik, korupsi juga memperkuat ketidaksetaraan gender. Perempuan sering kali menghadapi diskriminasi dalam partisipasi politik dan akses terhadap jabatan tingkat tinggi dalam pemerintahan. Siklus diskriminasi ini dapat diperkuat oleh keputusan politik yang didominasi oleh laki-laki, yang mungkin tidak memprioritaskan kepentingan perempuan.

Dengan demikian, korupsi bukan hanya masalah hukum atau ekonomi, tetapi juga merupakan masalah gender yang mengakibatkan ketidaksetaraan yang berkelanjutan. Untuk memerangi dampak korupsi bagi perempuan, diperlukan upaya yang komprehensif yang melibatkan reformasi hukum, pemberdayaan perempuan, dan perubahan budaya yang mendalam. Hanya dengan tindakan bersama, kita dapat menciptakan masyarakat yang adil dan merata bagi semua.


Melihat besarnya peran perempuan dalam masyarakat, tidak dapat disangkal bahwa mereka memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam memerangi korupsi. Oleh karena itu, tugas berikutnya adalah meningkatkan kesadaran perempuan tentang korupsi dan mengedukasi mereka tentang jenis-jenis korupsi serta seluk beluknya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang korupsi, perempuan dapat menghindari menjadi korban dan mencegah terjerumus ke dalam lingkaran praktik korupsi.

Penting pula bagi perempuan untuk memahami hak-hak mereka sebagai warga negara. Dengan memahami hak-hak ini, perempuan dapat lebih tanggap terhadap situasi yang mencurigakan dan lebih berani untuk melaporkan praktik korupsi yang mereka saksikan atau alami. Memiliki pengetahuan yang kuat tentang hak-haknya juga akan memberi perempuan kepercayaan diri yang diperlukan untuk menentang tekanan atau intimidasi yang mungkin terjadi dalam konteks korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun