Mohon tunggu...
Kholid Hanafi
Kholid Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru

Hidup untuk mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggali Akar Masalah dan Solusi Bullying

2 April 2023   06:27 Diperbarui: 2 April 2023   06:54 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sepasang suami istri datang ke ruang Bimbingan dan Konseling, dari cara dan gaya bicaranya serta penampilannya merupakan orang berada. Berceritalah keduanya didepan para Guru BK, didampingi wali kelas. Mereka menceritakan keadaan anak semata wayangnya, yang disemester ganjil lalu ceria, dan semangat dalam belajar dan membantu orang tua, saat ini disemester genap ini berbanding terbalik, banyak diem tidak selera makan dan tidak bisa tidur. 

Menurut cerita anaknya, bahwa dia mengalami pembullyian dikelasnya. Awalnya dulu kompak sekali dikelas, tetapi saat ini seakan-akan beberapa kelompok murid dikelasnya sering menyindir dan menggojlognya (mengolok-ngolok dengan maksud berguaru). Ada sindiran yang membuat shock anak ini, sehingga ibu dari si anak ini langsung meminta kontak teman sekelas yang dianggap paling vocal dalam menyindir dan mengolok-ngolok anaknya ini. Salah satu Guru BK mencoba, menyela dengan mengalihkan pembicaraan, agar diskusi tidak begitu monoton dengan keluhan-keluhan dan cerita-cerita negative, dengan menanyakan keseharian si anak semata wayang ini.

Diketahui dari paparan kedua orang tua ini, si anak adalah anak tunggal, dan sejak kecil dibiasakan untuk dilatih mandiri (dalam kacamata kedua orang tua ini tentunya), dengan melibatkan anak untuk mendampingi orang tua dalam bekerja, disela-sela kegiatan sekolahnya. 

Orangtua memberikan motivasi bahwa, hanya orang-orang yang berhasil mengentaskan diri secara ekonomi, yang dikategorikan lebih sukses. Disaat selesai membantu orang tua dalam kegiatannya ini, si anak selalu diberikan haknya, ibaratnya dibayar, sehingga memiliki penghasilan sendiri. Sehingga disuatu kali ingin membeli sesuatu yang bagi anak seusia dia merupakan barang mahal dan tidak terjangkau, anak ini mampu membelinya. Temen-temen seangkatannya,  uang saku diberikan dari orang tua, si anak ini sudah memiliki ATM dengan saldo yang cukup, tinggal ambil sesuai dengan keinginannya.

Belum selesai cerita suami istri tadi, wali kelas kemudian nyelutuk, kenapa mas anak ini kok menjadi lemah didepan kawan-kawan sekelas ya. Suami istri tadi menjawab, ini yang kami tidak tahu, seharusnya dari poin ini bisa meningkatkan rasa percaya diri anak, tapi kok kenyataannya malah menjadikan anak kami seperti menjadi olok-olokan dikelas. 

Pembicaraan berakhir, dengan respon dari salah satu Guru BK, bahwa masalah ini tidak perlu diperpanjang, karena sebelumnya suami istri ini berencana mau kerumah salah satu anak, yang dianggap menjadi pemimpin dari kelompok yang melakukan pembullyan terhadap anaknya tersebut. Guru BK ini, mengingatkan bahwa, belum tentu keluarga yang akan dikunjungi kooperatif dan dikhawatirkan malah mengancam keselamatan kedua orang tua ini, dipercayakan saja kepada sekolah untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya Wali Kelas dan Guru BK bermusyawarah sepeninggal suami istri tersebut, dengan menyepakati memanggil dulu beberapa siswa yang dianggap sebagai pembully sebagaimana yang diceritakan. Wali kelas membuka pembicaraan, dengan menyampaikan bahwa betapa pentingnya kita menjaga sikap kita, jangan sampai sikap-sikap yang dilakukan memberikan dampak pada ketidaknyamanan teman lain terutama dalam satu kelas. 

Rasa tidak nyaman, atau perilaku-perilaku baik omongan atau bahkan Tindakan yang tidak menyenangkan itu dikategorikan bullying dan pelakunya bisa diadukan ke ranah hukum, karena ini masuk dalam kategori pidana. Makanya anak-anak diminta berhati-hati. Beberapa anak ini sudah memahami arah pembicaraan ini, dan sebenarnya juga akan menemui wali kelas untuk mengadukan keadaan ini. 

Lalu salah satu siswa memutar rekaman hasil pembicaraan ditelepon antara siswa tersebut dengan orang tua (yang ternyata adalah suami istri yang tadi mengadukan keadaan anaknya tadi). Wali kelas dan Guru BK ini terperangah, ternyata sebelumnya, si suami istri yang melapor tadi bahkan sudah melakukan tindakan sendiri, yang juga menyakiti dan menghina anak ini. Singkat kata, pembullyan ini telah bertumpang tindih, tidak jelas lagi siapa pelakunya, dan siapa korbannya. Pelaku dapat menjadi korban, dan korban bisa juga menjadi pelaku. Sungguh ruwet, pantas saja para penegak hukum dibuat sibuk oleh kondisi-kondisi yang tidak berbeda jauh seperti ini.

Guru BK ini, setelah saling pandang dengan wali kelas, mencoba menawarkan ide, maukah kalian dengan tantangan saya? anak-anak ini terpancing, siap pak. Jika kalian berani dengan tantangan ini, dijamin anda akan jadi orang bijak, dan lebih dewasa. Apa itu pak? Kalian kumpulkan teman-teman sekelas, dan jangan lupa, pastikan temen yang merasa disindir dan diolok-olok sebagaimana diadukan oleh  orangtua dan sudah menelpon sebagaimana rekaman itu, juga ada dikelas tersebut.

Setelah itu anda bicara didepan kelas, membuat pernyataan minta maaf, jika selama ini, tindakan saya dan teman-teman saya dikelas ini dianggap seolah-olah mengejek, menyindir atau mengolok-olok, saya minta maaf. Tidak ada maksud sama sekali. Jadi mohon dimaafkan, dengan demikian semoga kelas kita menjadi kompak lagi, agar nantinya sering memenangkan lomba-lomba kelas lagi sebagaimana dulu. Anak-anak ini siap dan Wali kelas juga setuju dan mendukung Ide tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun