Mohon tunggu...
Khoirul Mustofa
Khoirul Mustofa Mohon Tunggu... Mahasiswa KPI

Menulis Akan Memperpanjang Umur kunjungi juga blog saya pribadi kita akan menjelajahi tata cara yang baik dalam berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara agar Terhindar dari Bahaya Ingkar Janji, Salah Satu Sifat Orang Munafik

15 Juli 2021   11:11 Diperbarui: 15 Juli 2021   12:16 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhamad Matar/ pixabay.com

Tidak ada usaha untuk menepati janji dikarenakan hatinya tidak ada niat untuk menepati janji

Karakter yang ketiga ini akan menimbulkan sebuah alasan untuk membenarkan perilakunya yang ingkar. Jadi orang yang suka ingkar janji dia sama sekali tidak ada usaha untuk bisa menepati janji, atau dia sudah berusaha tetapi tidak dilakukan semaksimal mungkin. Hal tersebut dikarenakan janji yang telah dibuat tidak sesuai dengan hatinya. Maka tidak heran kenapa ingkar janji masuk ke dalam karakter orang yang munafik karena hal demikian, dia berbohong, mengatakan setuju padahal dalam hatinya tidak.  

  1. Memberikan alasan tidak masuk akal

Kemudian karakter yang ketiga adalah orang yang ingkar janji suka berbelit, beralasan yang dibuat-buat. Ketika orang itu berjanji sebenarnya kalo dia mau dia bisa menepati, tetapi karena tidak ada kemauan dalam hatinya, supaya orang yang dia beri janji tetap percaya bahwa dia orang yang menepati janji, kemudian membuat alasan agar dimaklumi. 

Prinsip Agar Terhindar dari Bahaya Ingkar Janji

Supaya terhindar dari perangkai ingkar janji ini, ada pepatah yang memberikan petuah yang harus dipegang agar diri kita tidak dikatakan sebagai orang munafik. Seorang penyair Arab (dalam, Bukunya Hamka Akhlakul Karimah, 2017) menyampaikan petuah sebagai berikut

"Janganlah engkau katakan iya, dalam suatu perkara jika engkau tidak menyempurnakan janjimu. Amat baik perkataan ya atau tidak. Amat buruk perkataan tidak sesudah iya. Perkataan tidak sesudah iya adalah keji sekali. Sebab itu mulailah dengan tidak kalau engkau takut akan menyesal. Jika telah engkau katakan iya, teguhkanlah hati menyempurnakan janji sebab memungkiri janji adalah suatu cela yang besar."  

Hal tersebut memberikan sebuah catatan kepada kita, manakala hendak berjanji harus benar-benar hati-hati, katakan iya jika menurut perhitungan mampu kemudian kita harus ada kesungguhan, mungkin tepatnya dengan mengatakan insya allah (Jika Allah menghendaki). Tetapi, kata ini jangan dimaknai dengan kepasrahan menyerahkan langsung kepada Allah, namun dimaknai dengan kesungguhan, manakala ada faktor x yang menjadi penyebab tidak bisa menepati, penyebab x ini diluar kemampuannya untuk dihilangkan. 

Misalnya ketika kita berjanji untuk datang ke pernikahan teman, namun karena saat perjalanan ditabrak mobil hingga mengakibatkan dimasukkan ke rumah sakit dan harus dirawat sehingga tidak bisa menepati janji. Ketabrak mobil ini adalah faktor x nya. Jangan sampai kemudian tidak ada apa-apa, atau sudah sungguh-sungguh tetapi tidak bisa menepati janji. 

Kemudian beralasan Allah tidak menghendaki, bukankah Allah itu menyuruh untuk menepati janji! "Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji." Maka jangan menyalahkan Allah karena tidak menepati janji tetapi ketahuilah penyebabnya apakah datang karena kelalaian kita atau faktor orang lain atau alam. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun