Mohon tunggu...
Khoirul Mustofa
Khoirul Mustofa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa KPI

Menulis Akan Memperpanjang Umur kunjungi juga blog saya pribadi kita akan menjelajahi tata cara yang baik dalam berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Bentuk Rasa Syukur dalam Memperingati Maulid Nabi

29 Oktober 2020   00:19 Diperbarui: 29 Oktober 2020   00:23 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Tribun dari pinterest/reviewsteknologiku.tech)

Nabi Muhammad Saw merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada umat manusia untuk menuntun dari gelap menuju terang, berkedudukan antara hamba dan Tuhan dari yang diperintah dan memerintah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 151, "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui."

Dalam sejarah umat manusia, ada kaum yang mengingkari nikmat pemberian Allah, sudah beberapa kali diutus seorang rasul dari golongannya sendiri, tetapi mereka malah membunuhnya. Dan ada juga kaum yang karena sangat cintanya terhadap utusan Allah, hingga berubah menjadi Tuhan yang bisa memberikan pertolongan dan pengampunan dosa. Kedua kaum tersebut sama-sama tidak bersyukur, sehingga Allah memberikan azab kepada mereka.

Dengan demikian, rasa syukur tidak bisa hanya dimaknai dengan mengucapkan terimaksih, tetapi ada sebuah tindakan sebagai wujud bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan. Maka, bentuk rasa syukur kita atas maulid nabi adalah dengan mengimani apa yang disampaikan dan diajarkan nabi sesuai petunjuk wahyu. 

Dijelaskan dalam hadis yang dirawikan Imam Bukhari di dalam Tarikh-nya, ath-Thabarani, al-Hakim, dan Imam Ahmad, mereka meriwayatkan dari Abu Umamah al-Baihili, " Berkata dia (Abu Umamah) bahwa berkata Rasulullah saw., 'Bahagialah bagi siapa yang melihat aku dan beriman kepadaku; dan bahagia (pulalah) bagi siapa yang beriman kepadaku, padahal dia tidak melihat aku (tujuh kali).'" 

Sehingga, bukan hanya memuji dan mengagungkan beliau tetapi juga harus menteladani perjuangannya. Itulah yang dinamakan sunnah yang berpahala. Hamka menjelaskan di dalam tafsirnya Al-Azhar surat Al-Baqarah ayat 3, Bagi kita nabi adalah gaib, tidak bisa dilihat tetapi bekas sejarah hidup di Mekah tetaplah ada. 

Oleh karena itu ada sebagian orang yang beriman karena sangat cintainya kepada nabi, walaupun belum pernah melihatnya, mereka hendak menjadi umatnya yang baik dan patuh, ingin mengeluarkan segala potensi yang dimiliki, dikerahkan untuk melanjutkan perjuangan menegakkan dakwah untuk menyeru berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, dia ingin menegakkan sunnah yang sudah digariskan oleh rasul. 

Seakan-akan mereka merasa bahwa Rasullulah tetap hidup, sampai karena terkenang akan perjuangannya membuat air matanya menetes. Itulah bentuk umat yang mengimani nabi.

Dengan begitu adanya peringatan maulid nabi akan mengigatkan kepada umat Islam supaya mengimaninya, menjadikan nabi sebagai sosok figur yang dijadikan panutan dalam menyelami samudra kehidupan. Meneladani perjalanan rasul untuk menegakkan masyarakat madani (masyarakat seimbang) dengan menjadi umatnya yang baik dan patuh. Tidak hanya memuji tetapi ada efek perilaku riil di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua menjadi umatnya yang taat. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun