Mohon tunggu...
Khizan AhmilulAnam
Khizan AhmilulAnam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Lajang

Menghadirkan cerita dan fakta unik dalam menambah wawasan dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama sebagai Pembebas yang Memudahkan, Bukan Membelenggu Keberhasilan

8 Mei 2024   11:50 Diperbarui: 8 Mei 2024   11:52 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Masyarakat Indonesia merupakan salah satu tipe masyarakat yang sangat fanatik dan menjadi sensitif ketika disinggung soal Agama. Sebagai bukti, di Indonesia ketika pemilu berlangsung, Agama Seakan menjadi alat yang sangat efektif dalam menggoda suara rakyat. fenomena diatas telah mengingatkan penulis terhadap salah satu petuah yang terkenal dari sosok Ibnu Rusyd yakni, "Jika ingin menguasai orang bodoh, maka bungkuslah segala sesuatu yang batil dengan kemasan Agama". Kebanyakan dari kita hanya melihat sesuatu dan  menilainya dari sisi kemasan saja, dari apa yang nampak oleh mata dan indera. namun acuh terhadap apa yang ada dibalik kemasan, misalnya maksud dari sebuah perkataan, tindakan, esensi penting dari setiap sesuatu. 

Selain itu masyarakat Indonesia pada umumnya terutama pada masyarakat yang tertutup dan tidak mau menerima hal baru bahkan meskipun hal itu adalah hal baik. pola fikir masyarakat kita masih cenderung tekstual atau terpaku pada suatu teks, seakan kesusahan ketika mendalami makna dan maksud sebuah teks secara menyeluruh. pembacaan dan pemaknaan yang tidak komphrehensif ini menjadi sebab kurang efektifnya suatu tindakan atau kebijakan yang kita lahirkan. Hadits Nabi Saw dibawah ini : 

"Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu".

Agama adalah segalanya, sehingga sebagian dari masyarakat kita berkeyakinan bahwa, cukup dengan ibadah, mengaji, shalat sunnah, dan berdo'a, nanti urusan dunia akan mengikuti. sedangkan praktiknya dia enggan bekerja keras dan mencari nafkah untuk keluarganya, dan memilih berdiam diri dibalik tudung Agama atau bahkan terbelenggu oleh pemahaman soal agama. padahal dalam Agama Islam sendiri bekerja keras dalam urusan Dunia adalah hal yang sangat dianjurkan yang kemudian disusul dengan perintah tawakkal pada QS. Al-Insyirah ayat 7 dan 8. adapun arti ayat ke 7 yaitu "maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, maka kerjakanlah urusan yang lainnya". 

Quraish Shihab menafsirkan ayat tersebut sebagai perintah agar manusia senantiasa dalam kesibukan yang bermanfaat dan menghasilkan kebaikan atau hal positif. mufasir serupa juga menafsirkan hal yang sama seperti Sayyid Quthb, Ibnu Katsir, dan lainnya. kiranya Allah Swt sangat enggan jika melihat hambanya pengangguran dan rebahan seharian. sehingga Allah memeintahkan untuk bekerja keras hingga letih, dan barulah "dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap", barulah kita berdoa, beribadah, dan bertawakkal kepada Allah Swt. 

Jadi tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak mencari nafakoh karena urusan Ibadah, dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw juga tidak menganjurkan umatnya untuk berlebihan dalam beribadah. dan Allah Swt juga tidak suka terhadap segala sesuatu yang berlebihan jadi harus imbang antara dunia dan akhirat, meraihnya dengan ilmu sesuai bidangnya masing-masing. meraih Agama dengan Ilmu Agama, meraih Dunia dengan Ilmu Dunia.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun