Mohon tunggu...
Khilyatul Afkar
Khilyatul Afkar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profil Khilyatul Afkar

Mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, Program Studi Teknik Lingkungan. Berdomisili di Jl. Untung Suropati Gg. 2 Sidoklumpuk, Sidoarjo. Hobi membaca dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bekal Hardskill dan Softskill bagi Peserta Didik dari Praktik Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya

18 April 2023   00:15 Diperbarui: 18 April 2023   00:17 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia Pendidikan memang menjadi topik pilihan yang tidak pernah padam untuk dibahas. Pendidikan adalah sektor penting yang menjadi sebuah jiwa bagi negara yang menentukan arah masa depan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus melakukan perbaikan di sektor Pendidikan demi mencetak penerus yang kompeten. Namun, beberapa fakta yang terjadi masih menjadi permasalahan yang wajib dicari solusinya. Timpangnya pemerataan Pendidikan, standar pembelajaran yang kurang efektif, kurangnya minat peserta didik dalam belajar, minimya akses dalam mengembangkan minat bakat, dan lain-lain menjadi permasalahan yang masih lestari di negeri ini.

Salah satu penyebab dari permasalahan tersebut dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terkait pengembangan Pendidikan di Indonesia. Disisi lain, minimnya minat literasi peserta didik dan kurangnya keinginan untuk mengembangkan kemampuan diri menjadi pelengkap masalah Pendidikan di Indonesia. Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando menyatakan hasil kajian indeks kegemaran membaca Indonesia masuk dalam poin 55,74 yang artinya sedang. Berdasarkan data tersebut, bisa dikatakan bahwa rendahnya literasi menunjukkan rendahnya kualitas peserta didik. Meskipun pernyataan ini tidak dapat dipukul rata, namun banyak stigma menilai rendahnya literasi berbanding lurus dengan rendahnya kualitas seseorang (peserta didik).

Akibat yang marak terjadi salah satunya adalah banyak lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau perguruan tinggi yang kesulitan mencari kerja sesuai bidangnya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim pada 26 Oktober 2021 menyatakan bahwa 80% mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya dan hanya 27% lulusan perguruan tinggi yang memiliki pekerjaan sesuai dengan jurusan kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik belum memenuhi kriteria yang diinginkan dunia kerja sehingga menambah angka pengangguran. Kurangnya kemampuan peserta didik dalam menerapkan hardskill dan softskill juga menjadi akibat yang dari praktik Pendidikan yang masih terus melakukan pembenahan.

Disisi lain, merosotnya pengetahuan generasi muda mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia. Selama ini, kegiatan kebudayaan kurang diberikan perhatian dari berbagai pihak sehingga tidak heran bila banyak anak muda yang asing dengan budayanya. Hal ini menyebabkan lunturnya khas budaya dan tidak menutup kemungkinan akan musnah. Kurangnya minat berbudaya menjadi sebuah bencana bagi negara karena kehilangan ciri khasnya. Padahal, suatu negara akan dikenal dengan budayanya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita semua untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini.

Akibat terburuk dari luntunya budaya lokal adalah banyaknya pengakuan/ kepemilikan budaya lokal oleh negara lain. Banyak warisan budaya yang berusaha diklaim oleh negara lain seperti angklung, batik, reog, dan lain-lain. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan pelestarian yang harus didukung oleh berbagai pihak. Banyaknya pengakuan budaya kita oleh negara lain adalah karena kita sebagai generasi penerus yang kurang mencintai dan enggan mempelajarinya.

Demi menuntaskan permasalahan ini, kedua belah pihak baik pemerintah maupun peserta didik harus bekerjasama menemukan solusinya. Pemerintah mulai melakukan pembaruan program terkait Pendidikan dan Kebudayaan sehingga peserta didik diharapkan mampu memanfaatkan program pemerintah dengan baik. Berbagai metode dilakukan untuk memperbesar peluang keberhasilan mencetak generasi unggul yang berkarakter. Hal ini diimplementasikan oleh Indonesia melalui beberapa program yang diharapkan mampu meningkatkan potensi anak bangsa. Pada pemerintahan Presiden Jokowi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Bapak Nadiem Anwar Makariem mengusung beberapa program seperti Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya. Ada banyak program yang dicanangkan, namun kedua program tersebut merupakan program yang menjadi primadona bagi peserta didik.

Merdeka Belajar merupakan program terbagi menjadi beberapa episode yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan eksplorasi sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Salah satu bagian dari Merdeka Belajar yang banyak diminati adalah Kampus Merdeka yang menawarkan peserta didik untuk belajar diluar area kampus dengan mitra dari berbagai perusahaan dan industri baik nasional maupun internasional. Ada sekitar 3000 lebih mitra dari perusahaan dan industri yang siap membantu peserta didik dalam memperluas wawasan. Merdeka Belajar membantu peserta didik dalam mengeksplorasi pengetahuan dan menerapkan teori yang dipelajari selama kuliah. Hal ini menjadi ajang pengembangan diri dan adaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Bukan hanya hardskill yang terasah, namun softskill juga akan terbentuk. Kemampuan leadership, komunikasi, kerjasama tim, dan lain-lain akan ditemukan pada program ini. Tentunya, peserta didik akan mendapat pengalaman yang berharga dan menjadi bekal kelulusan. Program ini berusaha untuk mencetak generasi unggul yang siap menghadapi dunia kerja.

Selain Merdeka Belajar, terdapat program Merdeka Berbudaya yang mampu meningkatkan softskill dan hardskill peserta didik atau masyarakat umum yang notabenenya adalah pelaku budaya dengan memberikan keleluasaan berekspresi lewat seni, budaya, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan bisa menunjang keberlangsungan kekayaan budaya Indonesia. Hardskill akan terasah dengan mempelajari kesenian berupa benda seperti alat musik, sedangkan softskill akan terasah dengan mempelajari sejarah yang berhubungan dengan budaya. Hal ini tentu menjadi bekal yang teramat berharga bagi masyarakat khususnya generasi muda (peserta didik). Oleh karena itu, Merdeka Berbudaya menjadi program unggulan yang dicanangkan. Pemerintah akan memberikan sejumlah dana untuk menunjang aktivitas tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa pemerintahan ikut andil dalam menggerakkan minat budaya masyarakat. Merdeka Berbudaya menjadi sebuah ajang dalam membangkitkan semangat peserta didik dan masyarakat umum untuk mengembangkan dan melestarikan budaya. Momen ini menjadi sebuah suntikan bagi generasi muda dalam mengenal, mempelajari, dan mengeksplorasi budayanya. Merdeka Berbudaya memberikan bekal pengetahuan bagi generasi muda terkait nilai-nilai moral yang terkandung dalam budaya Indonesia.

Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya menjadi sebuah jawaban dan solusi dari keresahan yang selama ini terjadi. Baik Pendidikan maupun Kebudayaan, menjadi sebuah pilar bagi suatu negara. Kebermanfaatan Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya sangat dirasakan bagi peserta didik ketika memasuki dunia kerja dan bermasyarakat. Pemerintah berupaya dengan memberikan fasilitas untuk mengembangkan potensi dan minat peserta didik. Program ini menjadi wadah dalam menaungi peserta didik dalam menitih perjalanan karirnya, karena kemampuan hardskill dan softskill sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan di era ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun