Mohon tunggu...
Kheyene Molekandella Boer
Kheyene Molekandella Boer Mohon Tunggu... Dosen - Apapun Yang Terjadi Jangan Pernah Menyalahkan Tuhan

seorang Ibu dari anak Bumi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jogja (semakin) Istimewa dengan 'Berlari'

19 Mei 2019   23:27 Diperbarui: 19 Mei 2019   23:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Suasana Mandiri Marathon Jogja 2019. Sumber : https://www.bolasport.com/read/311710269/mandiri-jogja-marathon-2019-dikuasai-para-pelari-dari-kenya

"Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah"

-Bung Karno-

Jika dahulu kegiatan berlari diwarnai oleh puluhan pelari yang siap menaklukan medan dan hanya berfokus kepada garis finish saja. Namun, sekarang kegiatan berlari bisa tampil dengan unik, melalui kegiatan Mandiri Marathon Jogja 2019 yang diselenggarakan 28 April lalu. Sekitar 7.500 pelari yang terdiri dari 121 pelari asing dan 46 komunitas. Mereka akan merayakan pesta sejarah dengan berlari. Konsep yang diusung sangat unik yakni mengambil beberapa titik pusat sejarah dan budaya yang ada di kota Jogjakarta sebagai rute lomba Marathon.

Menyenangkan bukan? saat berlari kita tidak saja disajikan hamparan pemandangan hijau tetapi kita dapat menikmati arsitektur Indonesua turut menjadi refrensi bagi mata dan otak kita sata berlari. Para pelari akan melintasi 9 desa dan 2 candi yakni candi Prambanan, candi Plaosan dan Monumen Taruna. Titik start terletak di lapangan utama Roro Jonggrang yang akan dilepas oleh Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirdjoatmodjo, Sultan Hamengku Buwono X dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Gambar 2: Candi Prambanan, Sumber : Mailoo.com
Gambar 2: Candi Prambanan, Sumber : Mailoo.com

Di km 13 Peserta akan menikmati hamparan pemandangan gunung merapi, di km 26 peserta akan disuguhkan pemandangan bersejarah Monumen Taruna dan Museum Plataran. Kemudian di km 37-38 peserta akan berlari bersama keindahan arsitektur Candi Plaosan, di km 40 terdapar pemandangan cantik Candi Sewu dan Candi Bubrah hingga akhirnya kembali ke garis finish ditandai dengan bergantinya pemandangan menjadi arsitektur candi Prambanan.

Gambar 3 : Monumen Taruna, sumber : DetikNews.com
Gambar 3 : Monumen Taruna, sumber : DetikNews.com

Monumen yang terletak di dusun Plataran, desa Selomartani, kecamatan Sleman Jogjakatrta ini  dibangun tahun 1976 dengan tinggi 39 kaki ini berdiri untuk mengenang perlawanan rakyat Indonesia dalam mempertahankan NKRI. Monumen yang terbuat dari logam ini berhiaskan replika burung Garuda sebagai simbol Negara Indonesia dan dilengkapi dengan plakat sumpah Taruna yang bertuliskan MA (Militer Academy).

Gambar 4 : Candi Plaosan, Sumber : Mailoo.com
Gambar 4 : Candi Plaosan, Sumber : Mailoo.com

Candi Plaosan terletak satu kilometer ke arah timur laut dari Candi Prambanan, Candi ini dibangun pada abad ke 9 oleh Raja Rakai Pikatan. Candi ini memiliki arsitektur unik dengan dihiasi stupa dan arca serta candi perwara (pendamping/kecil). Cerita yang tertinggal dari Candi ini adalah kekuatan cinta yang berbeda keyakinan yakni Rakay Pikatan yang beragama Hindu dan permaisurinya bernama Pramodyawardani yang beragama Budha. Rakay yang teramat mencintai istrinya akhirnya memutuskan membangun candi untuk beribadah bagi istrinya dengan sedikit memberikan aksen hindu. Dari arsitektur yang tampak kini kita dapat membaca sejarah adanya dua perbedaan yang dapat bersatu didalamnya

Wah menarik bukan? Cerita sejarah masa lalu bisa kita nikmati dengan gaya kekinian. Tentunya hal ini dilakukan oleh festifal Mandiri Marathon Jogja 2019 semata-mata untuk tetap memberikan edukasi bagi generasi muda bahwa sejarah perlu dikenal dan dilestarikan. Jika bukan generasi muda siapa lagi? Terutama kegiatan ini selain menyehatkan fisik juga menumbuhkan sensitivitas generasi muda Indonesia untuk peka dan sensitive melestarikan budaya dan peninggalan sejarah semacam ini. Lalu untuk pelari asing ini menjadi sebuah promosi wisata sejarah bagi warga Negara asing agar semakin  mengenal kebudayaan Indonesia dengan cara yang mudah dan mengasikan.

Selain destinasi diatas, peserta juga melewati sembilan desa yaitu  desa Umbulmartani, Tarumartani,Tirtomartani,Wedomartani,Seloharjo,Widodomartani, Selomartani, Purwomartani dan Kebon Dalem Lor (Klaten). Saat berlari mereka disuguhkan dengan kebudayaan desa desa setempat seperti atraksi dan kuliner, serta menikmati keindahan, keasrian serta kebersihan desa-desa yang mereka lewati. Mandiri Marathon Jogja juga turut memberikan hadiah yang unik  yaitu seekor sapi simental dan sepasang sapi PF bagi desa-desa yang memiliki kebersihan, menyuguhkan inovasi terbaik. Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi atau penghargaan tertinggi bagi masyarakat lokal karena telahturut menjaga keaslian desa yang ada di Jogjakarta.

Dari sekian banyak alur/rute yang harus dilalui, bukan sekedar berlomba lomba mencapai garis finish. acara ini dinilai memiliki dampak  baik bagi banyak pihak, diantaranya : 1) Peserta Marathon, dapat menyalurkan bakat, hoby berolahraga lari bersama -- sama, dapat bertemu dengan sesame pecinta olahraga lari yang berasal dari Indonesia maupun dari manca Negara.

2) D.I.Y, terbantu dalam mempromosikan kebudayaan asli Yogyakarta kepada public secara luas, tentu ini sebuah ajang promosi yang sangat menarik dan nantinya diharapkan akan berimbas pada kenaikan wisatawan di tahun berikutnya.

3) Masayarakat Lokal. Masyarakat desa terkena pula imbas baik dari acara ini, mereka dapat berinovasi dan mendapatkan tempat menyalurkan kreasi dari warga mereka, serta pula sebagai ajang unjuk diri ke public luas bahwa setiap desa di Jogjakarta memiliki kuliner, atraksi, yang beragam dan berbeda-beda dan inilah yang diahrapkan mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa0desa mereka nantinya. Harapanya adalah akan berimbas kepada naiknya sector pendapatan / ekonomi akibat makin banyaknya wisatawan yang berwisata ke desa mereka.

Gambar 5: Medali Mandiri Marathon Jogja 2019, sumber : Kompas.com
Gambar 5: Medali Mandiri Marathon Jogja 2019, sumber : Kompas.com

Ajang ini ditutup dengan menangnya Pelari asal Kenya, Stephen Mugambi dengan catatan waktu 2 jam. 25 menit, 48 detik untuk kategori full marathon putra.  Ini bukan satu-satunya pencapaian, nemun pemenang sesungguhnya adalah semua peserta yang terlibat dalam ajang ini diharapkan dapat merasakan manfaat bagi mereka. Ajang yang "lebih dari sekedar lomba" ini merupakan ajang ke-3 kalinya yang dilakukan setiap tahunnya. Semoga tahun berikutnya ada kejutan-kejutan menarik lainnya seperti tahun ini dimana banyak peserta yang memperebutkan medali Rama dan Shinta yang dinilai sangat unik dan dapat dijadikan kenang-kenangan bagi ajang lari ini. So..sampai berjumpa diajang lari tahun berikutnya ....:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun