Stilistika adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa dan cara penulis menggunakan bahasa agar lebih indah, menarik, dan berkesan. Salah satu cara membuat bahasa jadi lebih indah adalah dengan memainkan bunyi kata. Ada tiga bentuk permainan bunyi yang sering dipakai, yaitu aliterasi, asonansi, dan rima. Ketiganya sama-sama menonjolkan bunyi, tetapi caranya berbeda.
  Pertama, aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan, biasanya di awal kata. Tujuannya untuk membuat kalimat lebih enak dibaca dan didengar, serta memberi penekanan. Contohnya: "Budi bermain bola di bawah beringin". Pada kalimat itu, bunyi /b/ diulang berkali-kali sehingga terdengar lebih indah.
  Kedua, asonansi adalah pengulangan bunyi vokal (a, i, u, e, o) dalam kata-kata yang berdekatan. Asonansi bisa menimbulkan irama yang halus dan terasa musikal. Misalnya: "Lari ke tepi kali mencari kunci". Dalam kalimat ini, bunyi /i/ sering muncul sehingga membuatnya terdengar berirama.
  Ketiga, rima adalah persamaan bunyi pada akhir baris dalam puisi atau kalimat. Rima sering digunakan dalam puisi karena membuat larik-lariknya terasa lebih padu dan mudah diingat. Contoh rima bisa dilihat pada pasangan kata "malam -- salam" atau "bunga -- duka".
  Dari penjelasan ini bisa disimpulkan bahwa aliterasi, asonansi, dan rima sama-sama memainkan bunyi, tetapi berbeda fokusnya. Aliterasi mengulang bunyi konsonan, asonansi mengulang bunyi vokal, sedangkan rima menekankan persamaan bunyi di akhir baris. Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih mudah mengenali dan menikmati keindahan bahasa, terutama dalam puisi dan karya sastra lainnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI