Mohon tunggu...
Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Mohon Tunggu... Guru - Gabut Kata.

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerbung #1

3 Juni 2018   08:03 Diperbarui: 3 Juni 2018   08:44 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlihat hamparan pepohonan rimbun dengan dedaunan yang berterbangan dan terhamburkan di tanah basah. Saat itu, spoi angin kan selalu menghempas di sela-sela telinga, tetesan hujan terus mengguyur pedesaan Kandanghaur kota Indramayu yang terkenal dengan buah mangga. Satu jam  hujan turun. Tampak genangan air membasahi dermaga berbatu. Sudah lama jalanan di Desa ini tidak diperbaiki, hanya 10 km diaspal. Jalan dipadati kendaraan bermotor seperti biasa. Kini sunyi seakan hampa, tidak ada kehidupan. Hanya tetesan air berjatuhan dari ranting dan dedaunan.

Terlihat tidak jauh dari jalan raya Karangsinom, tampak sebuah rumah tua yang kokoh berdingding putih dengan genteng orange kehitaman. Huh...  itu dikarenakan sudah bertahun-tahun tidak diganti.  Disitulah pemuda berbadah tinggi, rambut pirang dengan potongan membelah ke kiri dilahirkan. 

Malik Ghozali, itulah namaku. Lahir dari sesosok ibu yang angun, Faridah. Ibuku sosok perempuan berbadan pendek, kurus dan mungil. Raut wajah terlihat keriput seperti postur tubuhnya. Sekarang berusi 40 tahun. Keluar rumah ibu selalu menggunakan krudung coklat dipadu dengan rok panjang. Pendidikan dienyamnya pun hanya tamatan SD saja. Tapi ilmu salafnya masih melekat hingga sekarang.

Apalagi ayahanda Bahrudin, selalu setia memberi nafkah kepada 9 anak, sampai bisa menyekolahkan ke jenjang pendidikan. Namanya tidak asing lagi dikalangan masyarakat Kandanghaur, karena sosok pemuda berumur 45 tahun ini mempunyai ciri khas dalam berbicara dan mengungkapkan gagasan.

Lambat laun, detak detik dan hari pun terlewati. Suasana keharmonisan suatu keluarga sudah membawa anak pertama dan keempat ke sarjana perguruan tinggi. Anak pertama, Kholillah kini sudah mimiliki hidup dengan suaminya di Daerah Lohbener, Fazri baru saja menikah. Sedangakan Rahma dan Hikmah masih sebagai guru. Keduanya belum menikah.

Purnama, kakakku ke luma. Biasa panggilan dengan sebutan "PP". Purnama Putra itulah namanya. Sosok pemuda ini berbadah lebar, kekar berotot. Tapi, terlihat pendek dibandingkan dengan teman-temannya. Rambut pirang menyamping menjadi ciri khas. Ia kini memasuki perguruan tinggi di Kota Solo. IAIN Surakarta. 3 tahun telah menempuh perkuliahan. Berikutnya akan segera menyusun skripsi.

Gemuruh mesin mulai riuh seusai hujan mengguyur. Udara hangat berbau bensin terus menderu-deru keluar dari alat pemanas dan tekanannya perlahan keluar di ujung Knalpot. Peralatan Las sudah mulai dikeluarkan.

"Malik kemarilah," Ayahku memanggil dengan suara lantang. Tapi aku tidak begitu mendengar itu suara ayah.

"Malik kemarilah, kamu dengar tidak?"Ayah terlihat sedikit kesal, aku pun berlari keluar rumah.

"Iya Yah... Ada apa memanggil ku?" Nafas tersendak-sendak tak teratur.

"Kamu dengar tidak ayah tadi memanggil?" Mata bulatnya tertuju dihadapan ku dengan tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun