Mohon tunggu...
khalisyanajwa
khalisyanajwa Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya merupakan mahasiswa semester 3 yang berdomisili di surabaya,saya sangat menyukai makanan pedas dan berkuah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Radikalisme di Kalangan Mahasiswa:Tantangan Terhadap Nilai Bela Negara

13 Desember 2024   15:50 Diperbarui: 13 Desember 2024   15:48 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 * faktor agama biasanya mendasarkan aksi-aksinya berdasarkan ketentuan dalam agama itu sendiri yang oleh masyarakat luas diinterpretasikan berbeda-beda. Sebagian dari masyarakat di negara-negara Islam berpendapat bahwa agama Islam adalah agama yang menghendaki perdamaian, akan tetapi ada golongan yang memberikan interpretasi bahwa ada ketentuan yang dalam agama bersangkutan menyebutkan bahwa segala perbuatan yang tidak diizinkan(diridhoi) oleh agama tersebut adalah dilarang. Dalam masyarakat juga terdapat penilaian bahwa segala keadaan di masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma agama yang dianut perlu dihilangkan atau diupayakan untuk diberantas dengan segala cara. Faktor lainnya, JeanPaul Sartre mengatakan bahwa radikalisme agama juga terjadi karena orangorang yang memegang teguh ajaran agama, untuk mencapai tujuannya mereka mengangap tindakan radikal agama suatu kebaikan. Justru kerena adanya asumsi bahwa penggunaan kekerasan merupakan salah satu metode pencapaian tujuan luhur, tidak aneh jika naluri agresif manusia kadangkadang tumbuh subur di bawah naungan agama. 

* Faktor Globalisasi. Globalisasi dalam hubungan ini adalah dampak dari kemajuan teknologi di negara-negara maju hasilnya menyalur ke pelosok dunia. Negara-negara penerima yang pada umumnya adalah negara berkembang belum tentu siap dengan kemajuan teknologi tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya radikalisme dikalangan masyarakat, ini dibuktikan dengan terjadinya kesenjangan sosial, ketidakadilan akan melahirkan berbagai masalah sosial seperti, diskriminasi, pengangguran, kemiskinan, keterbelakangan, penindasan dan kejahatan. Hal inilah yang menjadi cikalbakal timbulnya perbagai konflik yang mengarah kepada radikalisme. Faktor tersebut akan mengakhibatkan benturan antar kelompok masyarakat serta menimbulkan konflik sosial yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga terganggunya stabilitas nasional dan menghambat pembangunan.

Upaya yang perlu dilakukan dalam menangkal radikalisme di lingkungan mahasiswa

 Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran yang dinilai sangat penting dalam upaya mencegah penyebaran paham radikalisme. Peran mahasiswa sangat penting sebab masyarakat menilai mahasiswa sebagai kaum intelektual dan contoh bagi masyarakat dan bahkan biasanya masyarakat lebih percaya terhadap mahasiwa dari pada aparat. Maka, sikap dan perilaku mahasiswa pun sangat penting. Selain itu, mahasiswa juga merupakan agen perubahan sekaligus generasi penerus bangsa. Maka, penting bagi mereka untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih tentang ilmu agama. Supaya mahasiswa juga bisa membantu mewujudkan kerukunan umat beragama. Tujuannya agar mahasiswa tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman yang menyimpang salah satu caranya adalah melalui sosialisasi dan seminar anti radikalisme dan terorisme , setidaknya mahasiswa bisa lebih tahu apa itu radikalisme. Dengan menambah pengetahuan dan wawasan tentang radikalisme dan terorisme semoga mahasiswa mampu berkontribusi dalam menangkal jika sewaktu-waktu itu terjadi. Selain itu dampak dari era globalisasi adalah perubahan terhadap nilai-nilai bangsa Indonesia yang bersumber dari ideologi Pancasila, terutama toleransi dan kebhinekaan. Patut juga menjadi perhatian bahwa adanya jaringan terorisme di Indonesia yang menularkan ajaran radikalnya dan melakukan rekrutmen secara daring, diantaranya media sosial dan website yang mereka miliki, sehingga generasi muda dan terdidik adalah sasaran empuknya. Pada era sebelumnya, jaringan teroris hanya melakukan rekrutmen secara konvensional, yakni melalui rumah-rumah ibadah, lembaga pendidikan, dan kelompok-kelompok pertemanan. Ironisnya, berdasarkan fakta dari aksi terorisme yang terjadi di Indonesia, hampir seluruh pelaku berasal dari kalangan muda dan terdidik. Oleh karena itu, pencegahan radikalisme dan terorisme bukan hanya merupakan tanggungjawab pemerintah -- dalam hal ini BNPT, namun juga merupakan tanggungjawab masyarakat, terutama mahasiswa dan generasi muda yang paling rawan terpapar ideologi ini.Mahasiswa juga dapat berperan konkrit dalam pencegahan radikalisme dengan tindakan-tindakan sebagai berikut:  

1. Memperkuat moral (akhlak) dan profesionalisme. Pemuda dapat terpapar oleh radikalisme dan pemikiran sempit akibat minimnya pemahaman agama, yang diperparah dengan minimnya keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki.

 2. Melaporkan kegiatan radikalisasi kepada pihak berwenang. Hal ini merupakan hal pertama yang dapat dilakukan bagi generasi muda yang merupakan target utama radikalisasi, agar tindakan tersebut dapat langsung dicegah sebelum berkembang.

 3. Menyaring dan memastikan kebenaran dari segala informasi yang didapatkan. Propaganda radikalisasi yang dilakukan dapat dibedakan dengan ciri-ciri berupa ujaran kebencian maupun hoax yang masif, terstruktur, dan sistematis.

Kesimpulan

Dengan demikian,radikalisme yang menggunakan cara kekerasan untuk mencapai perubahan sosial dan politik, dianggap sebagai ancaman besar yang dapat merusak stabilitas bangsa. Mahasiswa rentan terpapar radikalisme karena faktor-faktor seperti ketidakpuasan sosial, pencarian identitas, dan pengaruh lingkungan.Sehingga pendidikan bela negara sangat berperan penting dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air, meningkatkan kesadaran nasional, serta membentuk karakter yang disiplin, tangguh, dan siap menghadapi ancaman terhadap negara. Selain itu, bela negara dapat memperkuat solidaritas antar mahasiswa dan mempersiapkan mereka dalam menjaga kedaulatan bangsa. Mahasiswa diharapkan mampu berperan sebagai agen perubahan dengan melaporkan kegiatan radikal, menyaring informasi, serta mengikuti sosialisasi dan seminar anti-radikalisme.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun