Mohon tunggu...
Khalila S
Khalila S Mohon Tunggu... Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional

Writing Occasionally

Selanjutnya

Tutup

Financial

AI sebagai Arah Baruh Investasi Strategis Kantor Kekayaan Keluarga Asia

2 Mei 2025   11:59 Diperbarui: 2 Mei 2025   11:59 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dalam dekade terakhir, dunia menyaksikan transformasi besar dalam lanskap investasi global. Di tengah ketidakpastian ekonomi, fluktuasi pasar, dan disrupsi teknologi yang terus meningkat, entitas investasi swasta seperti kantor kekayaan keluarga (family offices) di Asia mulai mengalihkan perhatian mereka dari aset tradisional, seperti properti dan ekuitas publik, ke sektor teknologi canggih, terutama kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Peralihan tersebut bukan sekadar respons terhadap tren, melainkan strategi jangka panjang yang mencerminkan keyakinan mendalam terhadap potensi AI dalam membentuk ekonomi masa depan. 

Kantor Kekayaan Keluarga dalam Lanskap Investasi Asia

Kantor kekayaan keluarga adalah lembaga yang mengelola aset dan investasi milik individu atau keluarga sangat kaya. Kantor ini bertugas merencanakan keuangan, mengatur portofolio, dan melakukan investasi langsung. Di Asia, jumlah kantor kekayaan keluarga terus bertambah seiring meningkatnya jumlah orang kaya dan peralihan kekayaan antar generasi. Menurut laporan UBS, Asia merupakan kawasan dengan pertumbuhan kantor kekayaan keluarga tercepat di dunia, didorong oleh munculnya generasi kedua dan ketiga yang lebih melek teknologi dan terbuka pada diversifikasi aset. Umumnya, kantor-kantor ini cenderung berhati-hati dan berinvestasi untuk jangka panjang demi menjaga stabilitas dan pertumbuhan aset. Namun, generasi baru pengambil keputusan juga mendorong pergeseran ke aset yang lebih inovatif seperti teknologi dan AI. Karena itu, perubahan arah investasi dari kelompok ini biasanya mencerminkan perubahan besar dalam struktur ekonomi dan menjadi sinyal awal dari transformasi pasar yang lebih luas.

AI sebagai Pilar Investasi Baru

Jika dua atau tiga tahun lalu AI masih menjadi topik spekulatif dalam ruang rapat, kini AI telah menjadi bagian sentral dalam portofolio banyak kantor kekayaan keluarga Asia. Survei UBS tahun 2024 menunjukkan bahwa lebih dari 75% family offices di Asia berencana mengalokasikan modal ke AI generatif dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Angka ini menunjukkan bahwa investasi AI bukan sekadar minat sesaat.

AI telah menunjukkan kemampuan untuk berintegrasi lintas sektor, mulai dari logistik, kesehatan, manufaktur, sampai kepatuhan finansial. Tidak hanya hadir di perusahaan teknologi, AI kini menjadi bagian dari proses bisnis inti yang mendukung efisiensi dan produktivitas. Selain itu, AI memiliki karakteristik sebagai teknologi yang memberikan nilai tambah secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga sesuai dengan pendekatan investasi jangka panjang yang dianut oleh family offices. Lebih dari itu, AI dianggap sebagai fondasi dari transformasi struktural besar dalam perekonomian global, seperti halnya internet dan komputasi awan di masa lalu.

Arah dan Strategi Investasi

Family offices Asia tidak hanya berinvestasi di perusahaan teknologi besar, tetapi juga perusahaan menengah yang menawarkan solusi AI praktis. Contohnya, Cognaize dari Armenia mengembangkan sistem kecerdasan dokumen untuk industri teregulasi. Selain itu, Consai, perusahaan teknologi konstruksi di Qatar dan Polandia, menggunakan AI untuk perencanaan sumber daya dan analisis lokasi. Di Tiongkok, DeepSeek menarik perhatian dengan kemampuan membangun sistem AI lokal di tengah keterbatasan akses teknologi Barat. Selain itu, banyak kantor kekayaan keluarga juga berinvestasi dalam sektor energi terbarukan dan bioteknologi, mengingat pentingnya keberlanjutan dan kesehatan global. Fokusnya adalah pada peluang yang dapat memberikan dampak langsung  dengan tujuan jangka panjang.

Reformulasi Pandangan terhadap China

Selama beberapa tahun terakhir, minat investor terhadap Tiongkok menurun akibat perlambatan ekonomi, ketidakpastian regulasi, dan risiko geopolitik. Namun, sektor AI di Tiongkok mulai mengubah pandangan tersebut. Pemerintah Tiongkok telah menjadikan AI sebagai salah satu prioritas utama dalam cetak biru ekonomi nasionalnya, dengan kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi ini di berbagai sektor. Selain itu, modal yang signifikan mengalir dari pemerintah daerah dan dana-dana yang didukung negara untuk mendorong inovasi AI. Keterbatasan akses terhadap teknologi Barat, yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik, justru mendorong perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk mengembangkan sistem AI mereka sendiri, menciptakan solusi yang lebih terintegrasi dan sesuai dengan kebutuhan lokal. Investor seperti Srihari Kumar dari LionRock Capital, yang sebelumnya membatasi eksposur ke Tiongkok hingga hanya 20% dari portofolionya, kini mulai meningkatkan alokasinya di sektor AI di Tiongkok. Hal ini mencerminkan adanya optimisme baru terhadap potensi perkembangan AI di negara tersebut.

Implikasi terhadap Sistem Ekonomi dan Moneter Global

Pergeseran investasi ke sektor AI, terutama oleh kelompok investor swasta yang konservatif seperti kantor kekayaan keluarga, menunjukkan adanya perubahan struktural dalam sistem ekonomi global. Salah satu dampak utama dari perubahan ini adalah reorientasi aliran modal internasional. Jika sebelumnya arus modal cenderung mengalir ke pusat-pusat keuangan konvensional seperti New York, London, atau Frankfurt, kini sebagian besar mulai mengarah ke pusat-pusat teknologi baru di Asia dan Eropa Timur, di mana inovasi AI berkembang pesat. Perkembangan ini membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih terdiversifikasi dan memperkuat posisi negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, dan beberapa negara di Eropa Timur sebagai pusat ekonomi dan teknologi global yang baru.

Selain itu, percepatan investasi di sektor teknologi mutakhir seperti AI dapat memberikan tekanan baru terhadap kebijakan moneter global. AI meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi, tetapi juga membuat bank sentral kesulitan dalam memperkirakan output potensial dan menyesuaikan suku bunga. Ketika struktur pasar tenaga kerja dan produksi mengalami perubahan akibat otomatisasi dan adopsi teknologi, alat ukur tradisional dalam kebijakan moneter---seperti pengukuran output potensial---mungkin menjadi kurang relevan. Dinamika ini semakin rumit oleh ketegangan geopolitik yang menyertai pengembangan AI, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Ketegangan ini berpotensi menyebabkan fragmentasi dalam sistem keuangan global, dengan negara-negara mulai memprioritaskan pengembangan teknologi dan ekonomi domestik mereka, mengurangi ketergantungan pada infrastruktur dan teknologi Barat.

Transformasi Internal Kantor Kekayaan Keluarga

Perubahan fokus ke AI mencerminkan transformasi dalam cara family offices di Asia beroperasi. Kantor-kantor kekayaan keluarga kini tidak lagi hanya berperan sebagai investor pasif, tetapi juga semakin aktif dalam pengambilan keputusan strategis. Sebagai contoh, LionRock Capital, sebuah kantor kekayaan keluarga berbasis di Hong Kong, telah merekrut Chief Investment Officer (CIO) untuk mengelola alokasi portofolio mereka dengan lebih terstruktur. Selain itu, banyak family offices lainnya juga membentuk komite investasi internal dan menjalankan analisis kelayakan sendiri terhadap investasi di sektor-sektor kompleks seperti AI. Pola alokasi portofolio pun beralih dari pendekatan berbasis negara ke pendekatan tematik, seperti teknologi, iklim, dan bioteknologi.  

Kantor kekayaan keluarga di Asia tidak lagi memandang AI sebagai sekadar tren sesaat, melainkan sebagai keyakinan investasi jangka panjang yang terukur. Keputusan mereka untuk mengalokasikan modal dalam jumlah signifikan ke sektor AI menandai fase baru dalam pembentukan tatanan ekonomi global. Implikasi dari langkah ini sangat luas, mulai dari pergeseran arus modal, tantangan terhadap sistem moneter yang ada, hingga pembentukan ekosistem teknologi yang lebih terdesentralisasi dan otonom. Jika sejarah mengajarkan bahwa para pemimpin pasar adalah mereka yang bergerak lebih awal dan dengan strategi matang, family offices Asia tengah berada di jalur yang tepat untuk memainkan peran penting dalam ekonomi masa depan dengan AI sebagai fondasi utamanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun