Dalam kehidupan bermasyarakat, nilai gotong royong memainan peranan penting dalam membangun suasana harmonis, saling membantu, dan memperkuat solidaritas sosial. Pada saat dewasa kesadaran akan pentingnya nilai gotong royong cenderung menurun, penyebabnya adalah kurang nya eduksi sejak masih usia anak-anak akan pentingnya nilai gotong royong, dan kemajuan teknologi yang mudah terjangkau oleh anak-anak yang menjadikan aktivitas sehari-hari mereka termudahkan sampai membentuk diri mereka menjadi pribadi yang individualis. Kami sebagai Mahasiswa dalam program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Ilmu Komnikasi Kampus Bina Sarana Informatika (UBSI), Berinisiatif mengambil langkah edukatif memberikan kesadaran pentingnya nilai-nilai kebersamaan dalam bergotong royong.
Kegiatan ini dilakukan di Parung Panjang, tepatnya pada Yayasan Nurul Islam Cipining di Jl. Raya Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Melalui persetujuan dari pihak pengurus Yayasan, kami berkesempatan melaksanakan kegiatan PKM ini sebagai bentuk upaya kepedulian akan nilai persatuan dan kesatuan Indonesia.
Kami menonjolkan data dan fakta bahwa masyarakat indonesia sekarang kurang kesadaran pentingnya nilai gotong royong dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini. Pelaksanaan kegiatan PKM ini ditangani oleh Khalifah Malik Maulana, Rafaella Akbar, Musdalifah, Sebastian Cristhoper, Siti Nur Kaila. Mengambil tema Gotong Royong (Persatuan) dalam Kegiatan yang kami laksanakan di lingkungan Yayasan Nurul Islam Cipining.
Rendahnnya tingkat kesadaran akan nilai gotong royong di Indonesia masih menjadi tantangan utama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan solid, fenomena ini diperparah oleh meluasnya budaya individualisme yang berkembang dikalangan anak-anak dan remaja, yang disebabkan oleh pengaruh teknologi dan media sosial menjadi pendorong  mereka berfokus pada diri mereka sendiri dan pencarian eksistensi pribadi. Akibatnya, karakter sosial mereka tidak terbentuk dengan optimal, sehingga menjadi pribadi yang lebih mementingkan kepentingan sendiri dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitar.
Penyebab utama dari kondisi ini adalah kurangnya edukasi sosial yang efektif di lingkungan keluarga dan sekolah, minimnya keteladanan dari orang dewasa, serta kurangnya kegiatan yang menanamkan nilai kebersamaan dan gotong royong sejak usia dini. Jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan dapat mengancam keberlanjutan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan solidaritas di masa mendatang.Â
Kepentingan individu mungkin membuat mereka berpikir dua kali sebelum memberikan bantuan kepada orang lain, terutama jika mereka tengah sibuk dengan pekerjaan mereka dan tidak ada insentif finansial yang jelas. Mereka khawatir bahwa jika mereka melibatkan diri dalam membantu orang lain, pekerjaan mereka sendiri akan terbengkalai dan tidak akan selesai.
Dalam hal ini kami melakukan penyuluhan memberikan pengetahuan edukasi yang efektif kepada anak-anak sekitar. Karena lokasi kegiatan kami lakukan di desa kecil yang dimana minim nya pengetahuan anak-anak dilingkungan tersebut akan budaya gotong royong, bahkan ada diantara mereka yang tidak mengetahui sama sekali apa itu gotong royong. Kami memberikan contoh tepat bagaimana gotong royong dilakukan, sembari memanfaatkan lingkungan Yayasan yang memprihatin kan dikarenakan kurang nya dana perbaikan menjadikan Yayasan terlihat kurang terawat dan banyak sampah yang tidak pada tempat nya.
Memberikan pengetahuan bagaimana memilah sampah yang benar, menjaga kebersihan dan kehigienisan diri saat membersihkan sampah, serta cara bahu membahu satu sama lain agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan menyenangkan, yang merupakan point utama dari nilai gotong royong.