Mohon tunggu...
Khalid Walid Djamaludin
Khalid Walid Djamaludin Mohon Tunggu... Ilmuwan - Social Researcher

My name is Khalid Walid Djamaludin. I am an Independent Social Researcher from PRODES Institute Indonesia. my research interests are Economic Anthropology, Political Economy, Corruption Studies, and Social Empowerment.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Resistensi Ekonomi Bazzar dan Sektor Informal di Perkotaan

26 Januari 2021   12:22 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:50 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kehadirannya selalu diburu-buru, karena dianggap sebagai "penyakit kota" betapapun pintu ditutup rapat, aktivitas mereka sebagai pedagang kaki lima tetap berjalan terus, meskipun selalu menjadi korban tindakan penertiban dari petugas satuan penertib apapun namanya yang bertugas menegakkan kebersihan dan keindahan kota. Terkadang tindakan para petugas  sering kurang bijak, misalnya merampas barang dagangan dan sebagainya.

Sektor informal merupakan sektor yang cukup rumit untuk di deskripsikan, batasan pragmatis untuk sektor informal adalah free entry and exit, bergantung pada sumber-sumber setempat, usaha dan pemilikan keluarga, operasi berskala kecil, tenaga kerja yang intensif dan teknologi adaptif, diperlukan keterampilan dari luar pendidikan formal, pasar tidak teratur dan bersaing (Karningsih, 2014).

Melihat definisi sektor informal tersebut, maka definisi operasional yang digunakan dalam penelitian Karningsih (2014) adalah sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang berada diluar tenaga kerja yang terorganisasi, kegiatan usahanya hampir sama dengan jenis usaha berskala kecil yang di usahakan sendiri, maupun dengan dukungan anggota rumah tangga, yang pada umumnya tingkat pendidikannya rendah.

Perekonomian pasar termasuk pasar permanen dan pedagang kaki lima oleh Geertz dimasukkan kedalam perekonomian bazaar. Geertz (Manning, dkk, 1985: 36) menjelaskan tentang konsep perekonomian bazaar, bahwa ekonomi bazaar didasarkan atas kegiatan-kegiatan tidak terikat yang dilakukan oleh sekumpulan pedagang komoditi yang bersaing ketat dan berhubungan satu sama lain melalui sejumlah besar transaksi yang tidak menentu.

Berikut karakteristik pedagang kaki lima, diantaranya:

  • Umumnya tergolong angkatan kerja yang produktif.
  • Umumnya sebagai mata pencaharian pokok.
  • Tingkat pendidikan rendah.
  • Sebagian besar belum memiliki status kependudukan yang sah di kota.
  • Permodalannya lemah dan omzet penjualannya kecil.
  • Umumnya mereka memiliki atau mengusahakan modal sendiri.
  • Kewirausahaannya umumnya lemah dan kurang mampu memupuk modal.
  • Dagangannya umumnya bahan pangan, sandang, dan kebutuhan sekunder.
  • Tingkat pendapatannya relatif rendah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargannya di perkotaan.
  • Pada hakikatnya mereka telah terkena pajak dengan adanya retribusi atau pungutan tidak resmi baik yang bermotif kebersihan atau biaya keamanan.

Beberapa temuan penelitian Karningsih (2014), yakni mobilitas penduduk dari desa ke kota pada umumnya memiliki dampak penting bagi pelakunya, semakin mudahnya hubungan desa-kota, maka gerak penduduk akan semakin meningkat, dengan demikian struktur ekonomi di pedesaan menjadi semakin bervariasi.

Letak kota Semarang yang strategis, merupakan pintu gerbang perekonomian Jawa Tengah, sebagai titik pusat kegiatan ekonomi. Perkembangan sistem kota Semarang dari jaman kolonial Belanda yang berpola radial system dan berpusat pada wilayah ekonomi di Pasar Johar dan sekitarnya, ternyata menimbulkan permasalahan penumpukan kegiatan di sekitar wilayah komersial, antara lain pertokoan, lalu lintas yang padat, dan sektor informal terutama pedagang kaki lima.

Perilaku mobilitas sirkuler dari desa ke kota merupakan ciri masyarakat transisi dimana produksi kapitalis sangat dominan secara kualitatif, tetapi tidak secara kuantitatif. Pelaku mobilitas sirkuler memiliki ketergantungan ganda pada kota dan desa, tetapi umumnya tidak dapat memperoleh pendapatan yang memadai dari keduanya. Kenyataan ini terjadi pada wanita pedagang yang merantau ke kota Semarang, meskipun demikian adanya mobilitas sirkuler ini penting dalam rangka pelestarian produksi komoditi kecil.

Dari hasil survei Karningsih (2014), ditemukan beberapa alasan yang dikemukakan oleh para wanita yang berusaha di sektor perdagangan kaki lima, dalam hal ini sebagai kaum perantau, dari 250 responden terdapat 43,2 persen (108 orang) mengatakan alasan merantau ke kota Semarang karena membantu mencari tambahan pendapatan rumah tangga, kemudian 2,4 persen (6 orang) karena tidak memiliki tanah pertanian, hal ini dapat dikatakan, bahwa kondisi sosial-ekonomi yang kurang menguntungkan di desa mendorong kaum wanita desa terlibat dalam kegiatan sektor perdagangan kaki lima dan kurang adanya pekerjaan yang bervariasi di luar pertanian, semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan di desa.

Tingkat sosial-ekonomi ikut berperan dalam mempengaruhi tingkat mobilitas penduduk dari daerah pedesaan ke kota. Terjadinya perubahan struktur di pedesaan terutama pola produksi pertanian (teknologi dan modernisasi) dan tidak diimbangi pemerataan penguasaan tanah, maka mereka yang tidak dapat peran di dalamnya, mencari penghidupan ke tempat lain.

Berbekal pendidikan Sekolah Dasar (SD), bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali dan tidak memiliki keterampilan khusus, maka tidak memungkinkan untuk memasuki lapangan pekerjaan di sektor formal. Kehadiran mereka di tempat tujuan tidak menambah angka pengangguran seperti selama ini diduga, karena sebagian besar mereka telah membawa pekerjaan apa yang memungkinkan untuk dikerjakan di daerah tujuan. Selama ini lapangan pekerjaan yang tidak menuntut kualifikasi secara khusus terutama tingkat pendidikan formal, adalah lapangan pekerjaan di sektor informal. Berbekal kesederhanaan hidup dan keterbatasan, memungkinkan mereka berusaha di sektor perdagangan kaki lima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun