Mohon tunggu...
Khalid Umar
Khalid Umar Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Khalid adalah mahasiswa Teknik Perminyakan ITB angkatan 2015 yang menekuni analisis keenergian Indonesia. Saat ini Khalid menjabat sebagai Kepala Divisi Kajian Energi Taktis di Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan "PATRA" ITB. | Kontak kami: LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/khalid-umar-770527151/ | Email: khalidumar.itb@gmail.com | HP: 085861396841

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Harga Minyak Dunia Terus Melambung, Perlukah Kenaikan BBM?

12 Oktober 2018   13:34 Diperbarui: 12 Oktober 2018   19:54 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun demi menjaga nilai pertumbuhan ekonomi negara, Pemerintah juga tidak bisa serta merta menaikkan harga BBM. Pertumbuhan ekonomi suatu negara salah satunya dihitung dengan formula berikut:

Pertumbuhan ekonomi(t) =[ PDB(t) - PDB(t-1) ]/ PDB(t-1)

Sedangkan PDB dihitung dari beberapa parameter sebagai berikut:

PDB = Konsumsi Publik + Belanja Negara + Investasi + (Ekspor - Impor)

Dengan asumsi besarnya ekspor dan investasi yang tetap serta nilai impor yang naik karena kenaikan harga beli minyak, dapat kita simpulkan bahwa untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi maka konsumsi publik dan belanja negara harus dinaikkan. Namun parameter belanja negara memiliki batasan berupa devisa negara yang dimiliki. Semakin banyak belanja negara maka devisa negara pun akan terus berkurang jika pendapatan tetap. Devisa negara ini perlu dijaga pada angka tertentu, karena menurut Jeffrey Frankel dan George Saravelos dalam papernya "Reserves and Other Early Warning Indicators Work in Crisis After All," rasio cadangan devisa negara relatif terhadap short-term debt merupakan faktor terpenting dalam menilai apakah suatu negara dapat bertahan dalam krisis. Semakin besar rasio tersebut maka negara akan semakin aman dalam menghadapi krisis.

Maka dari itu paling tidak ada 3 skenario yang diperhatikan oleh Pemerintah dalam menentukan apakah harga BBM harus naik dengan tetap menjaga nilai pertumbuhan ekonomi tersebut.

Skenario Pertama

Pemerintah memutuskan untuk menambah subsidi BBM. Ini berakibat pada belanja negara yang naik dan cadangan devisa yang akan terus berkurang. Dengan tambahan subsidi yang berakibat harga BBM tetap, diharapkan konsumsi publik akan minimal tetap.

Skenario Kedua

Pemerintah memutuskan untuk tidak menambah subsidi BBM dan harga BBM perlu naik. Skenario ini berdampak pada belanja negara yang tetap. Namun bagaimana dengan konsumsi publik? Apakah akan turun? Dengan asumsi bahwa komoditas BBM adalah inelastis (karena trasnportasi adalah sektor terbesar permintaan energi di Indonesia) dan penyedia BBM mayoritas juga adalah negara lewat PT Pertamina, sehingga berapapun naik dan turun harganya, permintaan adalah tetap, maka perlu dipertimbangkan apakah akan ada gejolak di masyarakat terkait kenaikan harga BBM ini.

Skenario Ketiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun