Di sebuah desa kecil yang tenang dan dikelilingi hamparan sawah hijau, hiduplah sebuah keluarga sederhana yang bahagia. Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak: Dinda, si sulung yang rajin dan tegas; Arif, anak tengah yang cerdas dan jahil; dan si bungsu, Icha, gadis kecil berambut ikal dan senyum ceria yang selalu merekah di wajahnya.
Icha adalah cahaya keluarga. Ke mana pun Dinda dan Arif pergi, Icha pasti mengekor, meski langkah kakinya belum sekuat mereka. Ia sering memaksa ikut bermain, meskipun akhirnya hanya duduk mengamati karena belum bisa mengikuti permainan kakaknya. Kadang Dinda dan Arif merasa terganggu, tapi mereka tetap menyayangi adik kecil mereka yang menggemaskan itu.
Suatu pagi yang cerah, Dinda dan Arif memutuskan untuk memancing di sungai di pinggir desa. Ketika Icha mengetahui rencana itu, matanya langsung berbinar. Ia memohon kepada ayah dan ibunya untuk diizinkan ikut.
"Icha janji nggak nakal, Ma. Icha cuma mau lihat ikan!" katanya sambil memeluk sang ibu erat-erat.
Awalnya kedua orang tua ragu, tapi melihat semangat Icha yang begitu besar, mereka akhirnya mengizinkan dengan syarat Icha harus tetap dekat dengan kakaknya.
Setibanya di sungai, Dinda dan Arif segera menyiapkan alat pancing mereka. Icha duduk di batu besar di tepi sungai, menggoyangkan kakinya sambil bersenandung kecil. Angin sejuk berhembus pelan, membuat helai rambutnya menari.
Tiba-tiba seekor kupu-kupu berwarna jingga cerah melintas di hadapannya dan hinggap di bunga liar yang tumbuh di tepi semak. Icha terpesona. "Cantik sekali," gumamnya, lalu berdiri dan perlahan mendekat.
Namun, kupu-kupu itu segera terbang lagi, dan Icha pun mengejarnya, tertawa kecil setiap kali kupu-kupu itu menghindar. Tanpa sadar, ia terus berlari, meninggalkan sungai dan kakak-kakaknya. Langkah-langkah kecilnya membawa dia jauh ke dalam hutan kecil di pinggiran desa.
Ketika kupu-kupu itu menghilang di balik pepohonan, Icha terdiam. Ia melihat sekeliling dan menyadari bahwa ia tidak mengenali tempat itu. Sunyi. Hanya suara daun bergoyang dan burung berkicau. Ketakutan mulai merayap ke dadanya.
Icha mulai menangis, memanggil nama kakaknya, namun tak ada jawaban. Air mata membasahi pipinya yang merah. Saat itulah, terdengar suara ranting patah dari belakang. Seorang kakek tua dengan wajah ramah muncul dari balik semak.
"Kamu kenapa, Nak? Kenapa sendirian di sini?" tanya kakek itu dengan suara lembut.