Mohon tunggu...
Khairunnisa
Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Pra Jabatan UMC G-1

Senang mencoba hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Esai "Team Work" Internal Dapat Mengatasi Permasalahan Literasi di Sekolah Dasar

16 Desember 2022   19:57 Diperbarui: 16 Desember 2022   20:17 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Elaborasi Pemahaman Topik 4

LITERASI DASAR

 "Team Work" Internal dapat Mengatasi Masalah Literasi Sekolah Dasar

Dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 5, pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Bertemali dengan pernyataan UU tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 5 tersebut, penulis berpendapat bahwa literasi merupakan sebuah potensi seseorang yang dapat mencakup segala bidang informasi. Bagi "mereka", informasi tersebut merupakan sebuah hasil dari jerih rasa keingintahuan akan sesuatu yang mereka butuhkan. Selain itu, literasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mendapatkan informasi hingga dapat dipahami dan diolah menjadi asupan bagi para penikmatnya sebagai kudapan ilmu pengetahuan baik melalui aktivitas membaca maupun menulis. Literasi dapat di awali melalui kegiatan membaca yang dapat diakses dari berbagai sumber diantaranya buku pengetahuan, dongeng, berita, cerpen, puisi, dan lain sebagainya. Di era teknologi abad 21 ini,  seseorang dapat mengakses informasi dengan sangat mudah yakni dengan bantuan perangkat web : blog, bookmark social hingga yang paling sering kita gunakan adalah jejaring sosial.

Berdasarkan data hasil observasi di tempat sekolah PPL, saya menemukan sejumlah fakta bahwa sekolah tersebut telah terlihat memiliki lingkungan yang kaya akan literasi. Dapat pula dilihat dari penyediaan sarana literasi yang mendukung, seperti perpustakaan sekolah, sudut baca kelas dan area baca di setiap sudut kelas hingga adanya kreasi pohon literasi disetiap kelas yang menarik. Akan tetapi karena setelah pandemi covid-19 usai, sarana dan prasarana tersebut terlihat kurang terawat. Pembiasaan kegiatan membaca buku 15 menit pun telah jarang dilakukan oleh para peserta didik. Hal ini lah yang menjadikan penulis ingin memberikan argumen dan tanggapan terhadap permasalahan literasi di lingkungan sekolah PPL di salah satu SD di daerah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat.

Kegiatan dan segala ketersediaan fasilitas literasi sekolah merupakan salah satu bentuk dukungan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan minat membaca pada diri peserta didik. Melalui kegiatan literasi di sekolah, mereka dapat terbiasa memahami informasi disekitar lingkungan terdekatnya hingga dapat menghasilkan sebuah karya dari sebuah pemikiran setiap peserta didik. Selain itu, di zaman digitalisasi ini, peserta didik beserta lingkungan terdekat mereka telah sering mendapatkan pengaruh budaya yang berasal dari keluarga mereka sendiri. Keadaan orang tua milenial pun dapat kita beri contoh aksi nyata nya. Saat berada di rumah, hal yang paling sering dibutuhkan dalam segi informasi adalah penggunaan smartphone, tablet maupun laptop beserta fasilitas canggih didalamnya yang sudah tidak asing lagi dilakukan dimanapun dan kapanpun dalam hal mengakses informasi. Maksud dari pernyataan ini adalah penulis tidak menyalahkan penggunaan gadget tesebut, melainkan lebih kepada dorongan kepada pendidik di rumah untuk selalu mendampingi putra-putrinya dalam proses mereka belajar. Entah mereka membaca buku melalui e-book, menonton video pembelajaran di Youtube, hingga tidak lupa berkomunikasi bersama anak di rumah sehingga mereka merasa dihargai dan diberi dukungan setiap melakukan tugas yang telah dikerjakan.

Telah kita ketahui bersama pula bahwa pada perangkat teknologi berbasis internet dapat memuat informasi yang lebih luas dan beragam ketimbang bersusah payah untuk sekedar keluar membeli koran, berbelanja ke store offline, menonton tv yang informasinya tidak se up to date Youtube dan masih banyak kenyataan paradigma lainnya. Hal inilah yang akan penulis tekankan pada esai kali ini yang bertema sebuah cara dalam mengoptimalkan permasalahan literasi di sekolah yakni melakukan sebuah ketepatan dalam menentukkan langkah yang paling mendasar untuk mengatasi permasalahan literasi di lingkungan sekolah. Langkah awal ini adalah berasal dari motivasi internal yang ada pada lingkungan keluarga. Faktor internal inilah yang menjadikan sasaran utama dalam menumbuhkembangkan minat baca peserta didik. Penulis mempunyai pandangan bahwa melalui penanaman kebiasaan mengenalkan cerita bergambar, berinteraksi dengan anak ketika menjelang tidur melalui kegiatan mendongeng hingga ikut membantu mengontrol perkembangan belajar mereka di rumah adalah kegiatan yang akan membekas dan akan memberikan kesan menyenangkan bagi anak. Hal-hal kecil tersebut yang menurut pandangan penulis dapat tertanam dalam memori jangka panjang nya. Dalam hal ini sekolah perlu melakukan komunikasi dari segala arah, baik melalui seminar kegiatan literasi bersama para orang tua peserta didik maupun dapat melakukan sharing dengan bantuan media sosial (Instagram, Youtube dan WhatsApp).

Lingkungan literasi yang kurang dimaksimalkan saat ini pun, dapat dibangkitkan kembali melalui program di sekolah seperti adanya kunjungan ke perpustakaan dari setiap kelas, pembuatan majalah dinding yang dapat disinkronkan dengan materi pembelajaran, membuat resensi dari hasil membaca buku kesukaan, atau dapat juga membuat dinding motivasi di setiap kelas. Dalam hal ini, apapun contoh program gerakan literasi sekolah (GLS) yang hendak dilaksanakan, pasti akan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang terlibat.

Manfaat dari adanya lingkungan yang kaya akan literasi di sekolah pun dapat membangun dan menumbuhkembangkan sebuah kebudayaan karakter yang baik. Kebudayaan tersebut adalah adanya rasa empati yang besar dari sebuah informasi yang dihadapi oleh setiap peserta didik. Rasa empati yang dimaksud ialah adanya tahapan untuk meraih dan memanfaatkan apa yang mereka butuhkan dalam sebuah sumber informasi. Tahapan yang mereka lakukan dapat diawali dengan rasa antusias, memahami, mengolah informasi hingga dapat berbagi dengan orang lain. Menurut saya agar gerakan literasi sekolah tetap terus terlaksana dengan baik salah satunya adalah dengan bekerja sama dalam menumbuhkan kesadaran atau growth mind set setiap "pendidik" akan pentingnya membudayakan membaca. Oleh karena itu, para pendidik di sekolah maupun di rumah dapat memberikan apresiasi penuh kepada putra-putri nya dalam segi berliterasi, karena dengan adanya team work yang hebat kita bisa lebih mudah untuk mewujudkan impian dalam menjunjung tinggi kemampuan literasi di Indonesia, khususnya di mulai dari lingkungan di Sekolah Dasar.

Referensi :

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun