Arbi dan Dita. Keduanya adalah teman sejak SMA, namun setelah lulus, takdir membawa mereka ke jalur yang berbeda. Arbi, pemuda berkepribadian teguh, memilih untuk menjalani pendidikan di akademi militer. Sementara Dita, gadis cerdas dan bersemangat, fokus mengejar karir di dunia bisnis.Â
Pagi itu, langit Jakarta begitu biru, seakan memberikan semangat baru bagi Arbi dan Dita berjumpa satu kali lagi sebelum Arbi berangkat. Mereka bertemu di sebuah kafe yang nyaman di sudut kotaÂ
"Arbi, aku yakin kamu akan sukses di sana," ucap Dita sambil tersenyum.
Arbi membalas senyuman itu, "Terima kasih, Dita. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Bagaimana denganmu? Bagaimana perjalanan karirmu?"
Dita menggigit bibirnya sebentar sebelum menjawab, "Aku masih di tahap awal, tapi aku bersemangat. Aku ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa sukses di dunia bisnis."
Perbincangan mereka diiringi alunan musik yang lembut dari sebuah pianis yang tampil di pojok kafe. Melodi yang merdu itu seakan menjadi pelipur lara atas kekhawatiran mereka masing-masing.
Beberapa bulan berlalu. Arbi tengah menghadapi tantangan keras di akademi militer. Dalam suratnya kepada Dita, Arbi menulis, "Setiap langkahku di sini, membuatku semakin yakin bahwa aku mengikuti panggilan hatiku. Tapi, aku merindukan senyumanmu, Dita."
Sementara itu, Dita semakin sibuk dengan tuntutan pekerjaan di dunia bisnis. Sukses pertamanya datang lebih cepat dari yang diharapkannya, tetapi dengan kesuksesan itu juga datang tekanan yang tak terduga.
Suatu hari, Dita mendapat undangan untuk sebuah acara penting di perusahaan tempatnya bekerja. Kebetulan, acara itu diadakan di kota tempat Arbi menjalani pendidikan. Dita merasa senang karena kesempatan untuk bertemu Arbi semakin dekat.
Di acara itu, Dita melihat sosok Arbi dengan seragam militernya. Hatinya berbunga melihat temannya itu. Setelah acara selesai, mereka bertemu di luar.
"Arbi! Kamu terlihat gagah sekali dengan seragam itu," ujar Dita sambil tersenyum.