Mohon tunggu...
Khairul Hamzah
Khairul Hamzah Mohon Tunggu... Segment Management Specialist -

Al Faqir Ilallah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gaya dan Ucapan Pemimpin Itu Dicontoh dan Ditiru; Gaya Komunikasi Ahok.

29 Maret 2015   17:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti banyak diberitakan dimedia, tidak sekali dua Ahok mengeluarkan kata kata kasar, jorok dan kotor. Ditambah pula dengan gesture beliau yang agressive, kasar dan bengis.

Ahok sebenarnya punya kelebihan yang terbilang “langka” untuk Indonesia saat ini, yaitu keberaniannya yang luar biasa dalam menyuarakan penentangan terhadap prilaku korupsi. Dimana “budaya” korupsi ini seakan sudah mendarah daging dan menyebar diseluruh lini kehidupan masyarakat. Publik yang sekian lama “suffered” dalam derita korupsi yang seolah tak bertepi tak pula bersolusi ini seakan menemukan oase ditengah padang pasir dengan kehadiran sosok pemberani seperti Ahok.

Ditengah harapan yang membuncah terhadap pemberantasan korupsi yang ter-kristal-kan pada sosok Ahok, saya menjadi khawatir pola komunikasi yang diterapkan Ahok akan menjadi kontra produktif bagi harapan bersama tadi, disebabkan gaya komunikasi verbal dan non verbal Ahok yang dinilai sangat jauh dari standar kesopanan atau etika umum masyarakat Indonesia yang masih teguh memegang adat dan budaya ketimuran.

Ditinjau dari sudut sosio- psikologis, gaya Ahok yang terkesan kasar dan suka menuding ini akan menyebabkan reaksi dari berbagai pihak yang tidak menyukainya, sehingga dikhawatiri Ahok akan dijadikan “musuh bersama”. Jika sudah demikian, maka akan semakin terjal-lah jalan perjuangan dalam pembasmian korupsi tadi. At the end, harapan kita bersama yang kita gantungkan terhadap Ahok beresiko atau terancam pupus.

Dalam kata lain, saya sebenarnya berharap Ahok mampu dan mau belajar untuk menerapkan pola komunikasi yang efektif, sehingga beliau bisa memperkecil kemungkinan menambah musuh yg tidak perlu.

Dan kita, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang sama sama berharap agar Indonesia ini mampu terbebas dari jerat budaya korupsi yg sudah terlalu akut, dapat memerankan fungsi kita sebagai social control, dalam koridor saling ingat mengingatkan dan menasehatkan (tawashow bil haq wa tawashow bis shobr), bukan malah menciptakan alasan2 dan pembelaan yang bersifat apologetik untuk sesuatu yang jelas jelas keliru, meskipun untuk tujuan yang baik, yang juga jelas jelas kita sepakati bersama.


Akhirnya, saya teringat sebuah konsep “sakti” yang sangat terkenal dalam konsep pendidikan dunia pesantren. Konon konsep inilah yang mampu membuat pendidikan dunia pesantren terus bisa berkembang subur, sejak sebelum Republik ini dilahirkan hingga saat ini. Konsep tersebut berbunyi:

“At-thoriiqotu Ahammu Minal Maaddah,
Wal-Ustaadzu Ahammu Minat-thoriiqah,
Wa Ruuhul Ustaadzi Ahammu Minal Ustaadzi Nafsih”

Terjemahan bebasnya kira kira begini:

Materi dalam proses pembelajaran itu penting. Tetapi lebih penting lagi adalah metodologinya.
Metodologi itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah gurunya (orang yang menyampaikannya).
Guru (orang yang menyampaikan) itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah ruh (spirit) dari guru itu sendiri.

Khairul Hamzah,
Kuala Lumpur, 29/3/15

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun