Mohon tunggu...
Khairah Agustia
Khairah Agustia Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Lepas Taman Pendidikan Al-quran

Pribadi yang senang belajar hal baru dan saat ini ingin menekuni copywriting karena percaya berbagi tidak hanya dengan materi tapi bisa melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gaya Hedon Beberapa Mahasiswi Penerima KIP di Media Sosial, Wajar atau Nggak?

17 Mei 2024   08:54 Diperbarui: 17 Mei 2024   09:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ihttps://mastiokdr.com/cara-cetak-kip-digital-secara-online-kartu-indonesia-pintar?page=2nput sumber gambar

Baru-baru ini netizen ramai memperbincangkan di berbagai platform media sosial terutama di platform X dan TikTok dengan memberikan tanggapan dan pendapat mereka tentang "ketidaksesuaian" kriteria mahasiswa yang diduga sebagai penerima KIP atau Kartu Indonesia Pintar. Hal yang menjadi pusat perhatian adalah gaya hedon dari mahasiswa tersebut yang memiliki style atau gaya hidup seperti kalangan masyarakat ekonomi menengah keatas namun dia adalah penerima Kartu Indonesia Pintar. 

KIP sendiri awalnya dirancang untuk mahasiswa yang memiliki kendala dalam menunjang proses belajarnya selama kuliah dan diharapkan dana tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan dan melengkapi sarana dalam masa kuliah tanpa adanya kendala. 

Nah, yang jadi permalasahan disini adalah apakah KIP itu sudah tepat sasaran atau justru sebaliknya? banyak netizen yang ramai ngerujak beberapa content creator yang diduga sebagai Mahasiswi penerima KIP namun menampilkan gaya hidup mewah disetiap konten yang diperlihatkannya. 

Parahnya lagi, ada sang penerima yang terang-terangan memberikan "tips" di kolom komentar tentang bagaimana ia mendapatkan bantuan KIP lewat beberapa data yang mungkin bukan dalam keadaan sebenarnya. Melihat fenomena ini, sebagai seseorang yang dulu pernah berkuliah namun tanpa dana KIP, jujur agak sedih dan kecewa, apakah bantuan pemerintah seremeh itu ya? bukan berarti menuduh semua mahasiswa yang mendapatkan KIP bermain curang tapi lebih ke cara pemakaian dana yang seharusnya dipakai untuk hal lain yang bermanfaat dibandingkan dipakai untuk gaya-gayaan di sosmed. 

Prosedur dalam pemilihan mahasiswa yang menjadi menerima KIP pasti telah melewati berbagai skema panjang dan terstruktur sehingga tidak sembarangan dalam hal pengambilan keputusan. Ketidakbenaran data yang diberikan oleh oknum mahasiswa curang dalam proses administrasi akan merugikan mahasiswa lainnya yang justru lebih membutuhkan menjadi penerima KIP. 


Mahasiswa yang medioker atau mahasiswa dengan kondisi ekonomi menengah tapi terbilang pas-pasan untuk bisa berkuliah juga menyayangkan adanya bentuk kecurangan dan ketidakadilan tersebut. Mahasiswa medioker ini seringkali kalah dalam hal persyaratan administrasi karena mungkin orang tuanya bekerja sebagai PNS atau Wirausaha sehingga surat keterangan tidak mampu bukanlah bagian dari hak mereka, namun gaji PNS sendiri memiliki golongan yang berbeda dan terkadang suatu kampus menyama ratakan UKT mereka dengan level yang lumayan tinggi.

Mahasiswa Saat ini adalah Gen-Z

Mahasiswa di zaman sekarang didominasi oleh kalangan Gen-Z yang memang dinilai sangat stylish dan modern dibandingkan senior-seniornya yang berasal dari kalangan Millenial. Gen-Z sangat peduli dengan penampilan yang dapat mereka tunjukkan terutama di media sosial dan selalu update dengan tren masa kini, apalagi hal tersebut menyangkut tentang fashion idola mereka. Berbagai platform media sosial yang kini mudah diakses dari seluruh dunia memberikan efek positif terhadap modernisasi cara berpakaian sehingga generasi Gen-Z tidak akan takut di cap "kuno" ketika hendak berlibur keluar negeri. 

Selain dampak positif dari moderniasasi penampilan Gen-Z, tentu ada dampak negatif yang secara signifikan timbul akibat tren masa kini. Salah satu dampak tersebut adanya timbul perilaku konsumtif dan gaya hidup yang terbilang "boros" dengan membeli berbagai macam barang untuk alasan koleksi ataupun ikut-ikutan tren sesaat. Bagi Sebagian Gen-Z ketinggalan tren adalah hal yang terbilang buruk sehingga mereka rela mengeluarkan uang yang cukup banyak demi sebuah tren dan mengharapkan popularitas yang didapat nantinya. 

Perilaku inilah yang menyebabkan alokasi keuangan dapat hancur dan tidak tertata serta merugikan di masa depan. Ikutan-ikutan tren yang sedang viral atau istilah lainnya "fomo" adalah hal yang lumrah dilakukan Gen-Z bahkan yang terparah sampai liburan keluar negeri dengan uang yang seharusnya dibayarkan untuk biaya pendidikan tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Nah, sama halnya dengan penyalahgunaan dana KIP yang dilakukan oleh beberapa oknum mahasiswa ataupun mahasiswi yang pada dasarnya hanya untuk mengejar popularitas demi sebuah tren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun