Mohon tunggu...
Khaidir Asmuni
Khaidir Asmuni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Alumnus filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Turning Point Survey Capres: Teori Benci tapi Rindu

18 Januari 2023   03:37 Diperbarui: 18 Januari 2023   03:38 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan Puan menjadi ekspresi kejujuran dari perjalanannya yang tidak mudah. Keberlangsungan politiknya bergantung pada kemampuannya memahami "learning by doing" saat terjun ke masyarakat. Sehingga blunder blunder yang dibuat bukan merupakan kiamat yang menjadi akhir segalanya, melainkan ruang dan waktu dalam proses pematangan diri. Dia bisa tumbuh lebih tangguh dari ibunya.

Bisa dibayangkan sangat sulit menjadi Puan dalam kondisi masyarakat yang anomalie, dimana nilai nilai baru tumbuh dan nilai lama banyak ditinggalkan. Ditambah lagi secara psikologis masyarakat tidak bergerak secara rasional. Bahkan cenderung sinis.

'We live in a cynical world, a cynical world, and we work in a business of tough competitors."

Demikian Jerry Maguire menggambarkan sinisme itu dalam film yang membangkitkan semangat dan menginspirasi banyak orang.

Kondisinya, sikap sinis akan sangat sulit bersimpati pada blunder dan perjuangan Puan yang keras dalam suasana politik yang serius dan "mematikan" saat ini.

Berbagai kepentingan politik justeru membuatnya seakan masuk dalam labirin "like" dan "dislike" yang sangat rentan membunuh karakternya. Bahkan dapat membuatnya kehilangan arah akibat hyper realitas politik yang semu.

Padahal, Puan turun ke rakyat adalah suatu yang riil. Berbeda dengan seseorang yang turun ke rakyat dengan bekal 3 juta follower instagram, yang dalam hitungan detik mampu mendapatkan arah untuk berjalan di belantara labirin politik dengan mendapatkan simpati yang besar.

Sementara, dalam kondisi lain, tokoh yang tak berbekal jutaan follower harus dengan susah payah menempuh jalur alam untuk survive.

Dengan bekal jutaan follower di medsos, seorang tokoh akan dapat membalikkan keadaan dengan mengubah blunder jadi simpati. Atau mengubah kebaikan orang lain jadi sebaliknya.

Padahal, realitas di medsos bisa saja jauh panggang dari api. Hal ini bisa dilihat dari pengalaman Donald Trump yang digambarkan melawan gravitasi (dalam survey dan medsos) dan akhirnya jatuh kembali ke bumi.

Saat pilpres AS yang lalu, Donald Trump, digambarkan Jill Colvin dan Zake Miller (The Associated Press): who defied political gravity with his extraordinary rise from reality star and businessman to the presidency, has fallen back to earth.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun