Mohon tunggu...
Khaerunnisa Salsabila
Khaerunnisa Salsabila Mohon Tunggu... Universitas Hasanuddin

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Eksplorasi Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Pentingnya Asupan Vitamin A dalam Mencegah Gangguan Penglihatan pada Balita di Wilayah Perkotaan

24 September 2025   10:33 Diperbarui: 24 September 2025   10:33 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada wilayah perkotaan, pola konsumsi dan gizi keluarga sering kali dipengaruhi oleh faktor gaya hidup modern serta ketersediaan pangan yang instan, sehingga kebiasaan ini menjadi salah satu penyebab dimana kesadaran ibu rumah tangga terhadap pentingnya pemenuhan vitamin A bagi balita menjadi faktor krusial dalam pencegahan gangguan penglihatan sekaligus menjaga kesehatan masyarakat secara luas. Vitamin A merupakan salah satu nutrisi penting yang larut dalam lemak, yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kesehatan mata, sebagai pendukung sistem kekebalan tubuh dan memfasilitasi pertumbuhan serta perkembangan sel.

Kekurangan vitamin A pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan pada masyarakat yang dapat berdampak serius untuk tumbuh kembang balita, terutama terkait risiko gangguan penglihatan. Dalam kasus tersebut, peran oleh ibu rumah tangga sangat penting untuk mengatur pola makan keluarga, khususnya keluarga yang berada di wilayah perkotaan yang memiliki tantangan dan pola konsumsi gizi yang beragam dibanding keluarga yang berada di wilayah pedesaan dikarenakan pola makan masyarakat perkotaan biasanya sangat mengikuti tren yang sedang ramai.

Menurut data World Health Organization (WHO), kekirangan vitamin A masih menjadi salah satu maslaah gizi utama yang dialami oleh berbagai negara berkembang, khususnya Indonesia. WHO memperkirakan sekitar 190 juta anak balita di dunia berisiko mengalami kekurangan vitamin A, dengan angka tertinggi terjadi di Asia Tenggara dan Afrika. Di Indonesia sendiri, Kementrian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan bahwa prevalensi defisiensi vitamin A pada balita masih tergolong signifikan, meskipun pemerintah telah melakukan program rutin dalam memberikan kapsul vitamin A pada bulan Februari dan Agustus. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat, khususnya ibu rumah tangga terhadap pentingnya asupan vitamin A dalam makanan sehari-hari masih perlu adanya peningkatan dan pemantauan.

Di wilayah perkotaan, selain tingginya akses terhadap berbagai jenis pangan, muncul fenomena di mana konsumsi fast food, makanan instan, dan ultra-proses menjadi lebih dominan. Produk-produk tersebut sering kali tinggi lemak jenuh, gula, dan natrium, namun rendah kandungan vitamin A dan sayuran berdaun hijau kuning yang kaya provitamin A. Misalnya, terdapat sebuah studi yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi pangan olahan (processed, ultra-processed, ready-to-eat foods) dan penurunan konsumsi sayuran hijau dan legum di daerah perkotaan. Kondisi ini diperparah dengan pola makan yang lebih praktis, gaya hidup yang sibuk, dan pilihan makanan yang dipengaruhi iklan makanan cepat saji dan kemasan.

Meskipun akses ke pasar lebih besar dan variasi pangan tersedia, kesadaran gizi kadang justru lebih rendah di kota akibat beberapa faktor: orang lebih memilih kemudahan daripada kualitas gizi, waktu persiapan makanan lebih sedikit, pengaruh media dan iklan, serta pengetahuan yang terbatas mengenai pentingnya nutrisi mikro seperti vitamin A. Sebuah studi di Jakarta dalam "Health Belief Model Influences Youth's Fruit and Vegetable Intake in Jakarta" menunjukkan bahwa walaupun hampir semua responden memiliki akses, konsumsi buah dan sayur kurang dari anjuran WHO dipengaruhi oleh persepsi, kepercayaan diri, dan kemudahan akses

Dalam persepsi ibu rumah tangga terhadap vitamin A dalam pencegahan gangguan penglihatan pada balita sangatlah bervariasi tergantung latar belakang dan kondisi masing-masing. Beberapa ibu memahami terkait manfaat vitamin A dan berusaha memenuhi kebutuhan balita dengan mengonsumsi sayur, buah, maupun suplemen, sementara namyak pula ibu lain yang masih menganggap hal ini sepele karena kurangnya pengetahuan gizi. Faktor pendidikan, tingkat ekonomi, serta akses informasi sangat berpengaruh dalam membentuk pemahaman mereka, di mana ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih sadar akan pentingnya vitamin A. Selain itu, budaya konsumsi di wilayah perkotaan yang lebih praktis juga turut memengaruhi kebiasaan memilih makanan, sehingga perhatian terhadap gizi mikro sering kali terabaikan.

Kekurangan vitamin A pada balita dapat menimbulkan berbagai masalah serius, mulai dari rabun senja, xerophthalmia, hingga peningkatan risiko kebutaan permanen. Selain itu, defisiensi vitamin A membuat balita lebih rentan mengalami infeksi berulang seperti diare dan ISPA karena lemahnya sistem kekebalan tubuh, hal ini sejalan dengan rekomendasi WHO bahwa kekurangan vitamin A dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak usia 6-59 bulan. Kondisi ini juga dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup anak di masa depan. Jika dibiarkan, masalah kekurangan vitamin A tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga mengurangi kualitas sumber daya manusia jangka panjang sebagai modal pembangunan (misalnya efek terhadap pertumbuhan linier anak).


Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah komprehensif mulai dari tingkat keluarga hingga pemerintah. Edukasi gizi bagi ibu rumah tangga di wilayah perkotaan sangat penting agar mereka mampu memahami kebutuhan vitamin A dan mengatur pola makan keluarga dengan tepat. Pemerintah juga perlu terus memperkuat kampanye kesehatan masyarakat, melakukan fortifikasi pangan (misalnya fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A), serta menjalankan program pemberian kapsul vitamin A yang telah rutin dilaksanakan (suplementasi). Selain itu, kolaborasi antara keluarga, tenaga kesehatan, sekolah, dan pemerintah sangat diperlukan agar pesan mengenai pentingnya vitamin A dapat tersampaikan secara luas dan efektif.

 

Secara keseluruhan, pemenuhan vitamin A bagi balita di wilayah perkotaan sangat bergantung pada persepsi dan peran ibu rumah tangga sebagai pengatur pola makan keluarga. Tantangan gaya hidup modern dan pola konsumsi instan perlu diimbangi dengan peningkatan kesadaran gizi agar anak-anak dapat tumbuh sehat dan terhindar dari gangguan penglihatan maupun infeksi berulang. Oleh karena itu, peningkatan edukasi, dukungan pemerintah, dan kesadaran bersama akan pentingnya vitamin A menjadi kunci untuk menciptakan generasi yang lebih sehat, tangguh, dan berkualitas di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun