Mohon tunggu...
Keyla Amanta
Keyla Amanta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Aktif Universitas Airlangga, Fakultas Psikologi ISTP, Sensing, Caring

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Berawal Dari Limbah Menjadi Berkah: Kreativitas Warga Yogyakarta Mengubah Tumpukan Sampah Menjadi Kolam Ikan

2 April 2024   12:10 Diperbarui: 2 April 2024   12:13 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab setiap bagian dari masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga lingkungan yang menjadi tempat tinggal setiap umat manusia. Meskipun begitu, tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan masih sangatlah rendah. Hal ini dibuktikan melalui survey terkini yang menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara ke-5 dari 10 negara penyumbang sampah terbesar di dunia. Bukan tanpa alasan, rasa malas yang mandarah daging dalam pikiran manusia menjadi alasan pembuangan sampah yang bukan pada tempatnya. Contohnya adalah pembuangan sampah di selokan air yang apabila dilakukan secara terus menerus akan menghambat mengalirnya air ke laut dan menimbulkan banjir.

Bendhung Lepen merupakan salah satu saluran irigasi yang terletak di Desa Mrican, Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kodya Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terciptanya obyek wisata Gajah Wong (BLGW) di Mrican Giwangan Yogyakarta, semula diawali dengan usaha masyarakat membersihkan sampah di sungai hingga kemudian menjadi objek wisata di sungai. Sebelum seperti saat ini, Bendhung Lepen awalnya hanyalah sebuah saluran irigasi yang dipenuhi oleh sampah rumah tangga dan sampah pabrik. Sampah-sampah tersebut berasal dari masyarakat yang kekurangan kesadaran untuk dapat membuang sampah pada tempatnya. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena saluran irigasi dipenuhi oleh lumpur yang sangat tebal, sehingga memiliki dampak buruk pada petani yang sawahnya dialiri oleh air dari irigasi tersebut. Sampah-sampah yang dapat ditemukan di saluran irigasi bermacam-macam, mulai dari sampah bekas air cucian hingga sampah bekas aktivitas mandi masyarakat. Selain itu, terdapat juga sampah bekas makanan, dedaunan kering, dan sampah anorganik yang sulit untuk diurai.

Melihat keadaan irigasi yang tidak terurus dan dampaknya terhadap persawahan warga, akhirnya sekelompok pemuda karang taruna yang kemudian didukung oleh warga Mrican melakukan perkumpulan serta membentuk sebuah komunitas untuk dapat membersihkan saluran irigasi. Ide tersebut muncul karena mereka berfikir bahwa saluran irigasi tentu akan mengalir menuju persawahan dan merusak ekosistem yang ada. Bukan hanya itu, hasil panen yang dialiri oleh air yang tidak bersih otomatis akan berdampak pada sumber makanan. Sehingga, makanan yang akan dimakan tidaklah sehat. Oleh karena itu, para pemuda melakukan pembersihan saluran irigasi secara bertahap setiap sore hari dan mengangkat limbah lumpur yang memiliki ketebalan hingga 60 centimeters setiap dua bulan sekali. Namun, jadwal pembersihan kemungkinan akan mengalami perubahan jika ada kendala-kendala tertentu.

Awalnya, sekelompok pemuda hanya berniat untuk membersihkan saluran irigasi agar air yang dialirkan ke sawah juga akan bersih. Tetapi, tidak disangka antusiasme warga sekitar sangat tinggi. Beberapa warga berinisiatif untuk mengisi saluran air dengan beberapa jenis ikan tawar. Pada awal periode, saluran irigasi telah dipenuhi oleh satu kwintal ikan tawar dan berubah menjadi kolam ikan yang indah dan menarik. Warga juga membangun beberapa fasilitas lain seperti taman bermain serta gazebo untuk dipakai bersantai menikmati suasana di sekitar. Tidak berhenti sampai disitu, kreativitas warga dan pemuda dilanjutkan dengan menghiasi dinding dengan warna yang menarik. Dinding tersebut digambar dengan karakter yang unik dan beberapa motif batik. Hal itu menarik banyak pengunjung untuk datang dan melakukan swafoto disana.

Seiring berjalannya waktu, kondisi Bendung Lepen yang semula hanyalah saluran irigasi kumuh berubah menjadi lokasi wisata yang diminati masyarakat Yogyakarta bahkan masyarakat dari luar Yogyakarta. Banyak wisatawan yang berkunjung, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Wisatawan dapat memberi makan ikan dengan pelet yang sudah disediakan dengan harga dua ribu rupiah utuk ukuran kecil dan lima ribu rupiah untuk ukuran besar. Ribuan ikan air tawar yang dikelola oleh pihak Bendung Lepen Gajah Wong bertujuan untuk mengakomodasi ekosistem air sehingga ekosistem dapat lestari dan seimbang. Bendung Lepen juga digunakan warga untuk menjadi sumber penghasilan. Selain sebagai obyek wisata yang menarik, Bendung Lepen juga dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk lebih memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan agar ekosistem alam lebih seimbang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun