Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Virus

10 Juli 2020   08:39 Diperbarui: 10 Juli 2020   08:46 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ayobandung.com

"Ayo nikmati! Santai sajalah. Penting kita hapy," timpal seseorang di antara peminum itu.

"Ya...! Aku sepakat, penting kita hapy. Jika harus mati gara-gara bangkai ayam ini, ya kita mati bersama," seloroh yang lain sambil memegang paha ayam panggang dan menggigitnya pelan-pelan. "Keras!" gumamnya.

"Maklumlah ayam kurungan ini sudah kupelihara puluhan tahun. Mungkin usiamu malah lebih muda," celoteh lelaki itu menimpali.

"Kenapa ya musuhku itu tega meracun ayamku?" tiba-tiba lelaki itu bertanya entah kepada siapa di pejamuan itu.

"Ah, rasanya tidak mungkin. Tidak masuk akal ada orang yang sengaja datang untuk meracun ayam-ayamu," jawab seseorang.

"Terus, kenapa bisa mati dadakan? Padahal tadi pagi masih sehat semua pas aku kasi makan," bantah lelaki itu dengan nada heran.

"Coba kamu ingat-ingat makanan apa yang pernah kamu berikan ke ayammu itu," seru Made Dodot yang ikut minum tuak.

Lelaki itu lalu berpikir. Mengingat-ingat makanan apa gerangan yang pernah diberikan pada ayamnya. Ia nampak serius berpikir, tapi mungkin daya ingatnya sudah mulai kendor karena pengaruh minuman tradisional itu. Mendengar saran Made Dodot itu, istrinya juga ikut nimbrung mikir.

"Tiang ingat, Beli Made. Kemarin pas membersihkan daging ayam broiler untuk sesaji, usus-usus ayam broiler itu diberikan ke ayam jagonya sama suamiku," ujar prempuan itu.

"Tidak masuk akal itu penyebabnya!" sanggah sang suami sengit.

Made Dodot lalu mencoba berteori, "Kamu tahu tidak jika ayam-ayam broiler itu sudah divaksin. Vaksin yang disuntikkan ke ayam-ayam broiler itu sesungguhnya bibit penyakit yang dilemahkan. Sama dengan vaksin yang disuntikkan pada anak-anak kita. Nah, sementara ayam-ayam kita dibarkan alami tanpa vaksin. Jadi, tubuh ayam kampung kita tidak kebal terhadap penyakit itu. Itu mungkin bisa menyebabkan kematian pada ayam-ayammu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun